Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pengguna jasa karbon tahun ini akan bertambah sebanyak 50 partisipan.
Adapun BEI sudah mencatatkan pengguna jasa bursa karbon kini mencapai 46 partisipan secara year to date. Partisipan terbanyak berasal dari perusahaan publik dan anak perusahaannya sebanyak 26%, BUMN dan anak perusahaan non terbuka sebanyak 15%, anggota bursa 9%, dan lainnya sebanyak 50%.
Hingga saat ini, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan BEI masih terus melakukan kegiatan diskusi dan sosialisasi ke para emiten atau perusahaan tercatat. Hal tersebut sejalan dengan strategi perusahaan tercatat untuk mengarah ke net zero emission.
“Nah tentu kami harapkan setiap perusahaan tercatat, emiten juga mulai menyusun roadmap,” kata Jeffry kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta, Senin (19/2).
Sebelumnya, BEI optimistis bahwa jumlah pengguna jasa bursa karbon dapat mencapai lebih dari 96 pada 2024. Proyeksi tersebut telah memperhitungkan tercapainya integrasi sistem Apple Gatrik dengan sistem registrasi nasional pengendalian perubahan iklim (SRN-PPI).
“Target kami adalah penambahan 50, paling tidak. Artinya, kalau di akhir tahun kemarin itu 46, akhir tahun 2024 paling tidak 96, lebih dari 100 juga kami optimis,” ujar Jeffrey.
Selain itu, Jeffrey mengatakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memiliki peran krusial dalam perkembangan bursa karbon di Indonesia. Kementerian ESDM bertanggung jawab sebagai penerbit sertifikat pengurangan emisi, sementara KLHK mengatur Sistem Registrasi Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN-PPI).
Ia menyebut semua perdagangan unit karbon harus melalui proses registrasi di SRN-PPI. Dengan demikian, Jeffrey berharap bahwa sinkronisasi antara sistem Apple Gatrik dan SRN-PPI akan berdampak positif dengan meningkatkan suplai di SRN-PPI di masa mendatang. Jika suplai di SRN-PPI meningkat, maka pilihan bagi permintaan di bursa karbon juga akan meningkat secara bersamaan.