Indeks Nikkei di Jepang Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa

ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/NZ/dj
Indeks Nikkei 225 Jepang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di level 38.924,88 melampaui rekor yang pernah dicapai pada 1989 di level 38.915,87.
Penulis: Hari Widowati
22/2/2024, 10.09 WIB

Indeks Nikkei 225 Jepang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di level 39.156,97 melampaui rekor yang pernah dicapai pada 1989 di level 38.915,87, pada Kamis (22/2). Laju Nikkei 225 didorong oleh profitabilitas perusahaan yang kuat dan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan investor.

Level tersebut lebih tinggi dibandingkan rekor sebelumnya 38.924,88 yang dicapai pada perdagangan intraday. Indeks Nikkei maupun Topix yang lebih luas telah menjadi outperformer yang menonjol di Asia Pasifik, naik lebih dari 10% sepanjang tahun 2024 setelah melonjak lebih dari 25% pada tahun 2023. Ini merupakan kenaikan tahunan terbaik dalam setidaknya satu dekade terakhir.

Menurut laporan CNBC, pendapatan perusahaan kuartal ketiga yang solid dari para emiten di Bursa Tokyo telah mendorong para analis Bank of America untuk menaikkan proyeksi akhir tahun 2024 mereka untuk Nikkei 225 menjadi 41.000 dari 38.500. Mereka juga menaikkan perkiraan mereka untuk Topix menjadi 2.850 dari 2.715.

Reli ini juga didukung oleh pelemahan yen, yang telah merosot sekitar 6% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang tahun ini. Para investor telah menggelontorkan dana ke dalam ekuitas Jepang, mengikuti seruan bullish Warren Buffet terhadap bursa Jepang dan mendukung dorongan pemerintah untuk mereformasi tata kelola perusahaan yang lebih besar demi mendongkrak imbal hasil para pemegang saham.

Data dari Tokyo Stock Exchange menunjukkan bahwa investor asing menginvestasikan lebih dari 2 triliun yen pada penawaran "perdana" saham-saham terbesar dan paling likuid pada bulan Januari.

Pekan lalu, Harian Nikkei melaporkan bahwa laba bersih perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jepang untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2024 dapat mencapai rekor tertinggi selama tiga tahun berturut-turut.

Menurut analis Goldman Sachs, hal ini terjadi setelah rekor pendapatan kuartalan untuk periode Oktober-Desember, yang meningkat 45% dari periode yang sama tahun sebelumnya dan 14% lebih tinggi dari estimasi konsensus.

Toyota, produsen mobil terbesar di dunia, adalah salah satu dari beberapa perusahaan Jepang yang menaikkan proyeksi pendapatannya, yang mencakup margin laba yang lebih besar dan pendapatan yang lebih kuat.

Yen Melemah, Saham Menguat

Kenaikan di pasar saham akhir-akhir ini terjadi di tengah-tengah melemahnya yen Jepang. Nilai tukar yen terakhir berada di 150,40 per dolar AS. Sebagian besar pelemahan yen disebabkan oleh selisih dengan suku bunga AS yang tinggi dan kebijakan moneter yang longgar di Jepang.

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki adalah yang terbaru dari serangkaian pejabat pemerintah yang mengartikulasikan keprihatinannya terhadap pelemahan yen, pada Jumat (16/2). Ia mengamati pergerakan mata uang yen dengan seksama.

Meskipun pelemahan yen yang kronis telah mendorong kinerja beberapa eksportir Jepang, hal ini telah mengurangi daya beli konsumen di Jepang.

Namun, Bank of Japan (BOJ) telah mempertahankan rezim suku bunga negatif yang terakhir di dunia meskipun "inflasi inti" - yang tidak termasuk harga makanan dan energi - telah melebihi target 2% selama lebih dari setahun.

Para pelaku pasar memperkirakan BOJ akan beralih dari rezim suku bunga negatif pada pertemuan kebijakan bulan April. Bank sentral percaya bahwa kenaikan upah akan diterjemahkan ke dalam spiral yang lebih berarti, mendorong konsumen untuk berbelanja.

Namun, tingkat inflasi yang tinggi dan berkepanjangan telah memukul konsumsi domestik. Itu sebabnya Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang menyusut selama dua kuartal berturut-turut. Kondisi ini membingungkan para analis yang memperkirakan akan ada ekspansi kecil dalam ekonomi Jepang. Hal ini juga membuat Jepang harus menyerahkan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia kepada Jerman.

Catatan: paragraf pertama artikel ini telah di-update dengan data pada penutupan pasar, Kamis (22/2).