PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel mencatatkan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 20,4% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 5,61 triliun tahun lalu.
Pendapatan Harita Nickel juga melesat 149% menjadi Rp 23,85 triliun. Pendapatan dari pengolahan nikel naik 192% menjadi Rp 20,76 triliun dan penambangan nikel tumbuh 26% menjadi Rp 3 triliun.
Namun beban pokok penjualan Harita Nickel membengkak dari Rp 4,89 triliun menjadi Rp 15,58 triliun. Ini karena beban produksi langsung naik dari Rp 4,84 triliun menjadi Rp 12,67 triliun dan beban biaya produksi tidak langsung naik dari Rp 6 triliun menjadi Rp 14,98 triliun.
Meski begitu, laba bruto Harita Nickel naik dari Rp 4,67 triliun menjadi Rp 8,27 triliun. Laba usaha melonjak dari Rp 3,98 triliun menjadi Rp 7 triliun.
Laba sebelum pajak penghasilan menguat dari Rp 6,64 triliun menjadi Rp 8,17 triliun. Laba per saham dasar juga tumbuh dari Rp 84,7 menjadi Rp 92,39.
Peningkatan kinerja NCKL disertai dengan penguatan total aset perusahaan, yang bertambah dari Rp 34,6 triliun menjadi Rp 45,28 triliun. Sementara itu, total liabilitas turun dari Rp 20,37 triliun menjadi Rp 16,89 triliun dan ekuitas naik dari Rp 14,22 triliun menjadi Rp 28,39 triliun.
Direktur Utama Harita Nickel Roy Arman Arfandy mengatakan, meskipun menghadapi tantangan global seperti penurunan harga nikel dan ketidakpastian ekonomi secara makro, perusahaan mencatatkan pertumbuhan kuat dan konsisten. Hal ini didorong oleh peningkatan produksi dan efisiensi operasional.
Menurut dia, kinerja positif Harita Nickel mencerminkan kolaborasi tim yang kuat dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Salah satu strategi yang digunakan yakni mendorong inovasi dan meningkatkan efisiensi operasional, terutama dalam proses pertambangan dan produksi yang terintegrasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan.
“Kami terus berkomitmen pada peningkatan efisiensi dan pengembangan yang konsisten untuk memastikan kami berada pada posisi yang baik dalam menghadapi dinamika industri ke depan,” ujar Roy dalam keterangan pers, Selasa (2/4).