Manajemen PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) buka suara setelah emiten energi baru terbarukan (EBT) itu menempati posisi puncak emiten dengan kapitalisasi pasar atau market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Per 14 Mei, nilai kapitalisasi pasar BREN mencapai Rp 1.241 triliun, menyalip kapitalisasi pasar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencapai Rp 1.177,28 triliun.
Manajemen Barito Renewables Energy dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan bahwa perusahaan kini tidak berada dalam posisi untuk mengomentari turun naiknya harga saham. Pasalnya, pergerakan saham BREN ditentukan oleh mekanisme pasar bergantung pada permintaan dan penawaran.
Akan tetapi, manajemen BREN menyebutkan beberapa catatan. “Industri renewable energy merupakan industri yang diminati oleh banyak investor, sedangkan jumlah perusahaan renewable energy yang tercatat di BEI jumlahnya terbatas,” tulis manajemen BREN dalam laporan hasil public expose insidentil di keterbukaan informasi BEI, Selasa (14/5). Hal tersebut menjadi daya tarik bagi investor untuk memiliki saham perusahaan.
Kedua, manajemen mengatakan naiknya harga saham BREN juga dipengaruhi kepercayaan investor atas kinerja perusahaan. Selama empat tahun terakhir, kinerja perusahaan sangat solid dan terus tumbuh. Ke depannya, perusahaan berencana mengembangkan portofolio geothermal hingga mencapai 2.000 MW dan portofolio energi angin menjadi lebih dari 300 MW.
Selain itu, BREN juga akan terus mencari aset-aset terbaik di Indonesia maupun di luar negeri untuk menambah portofolio perusahaan. Oleh karena itu, manajemen BREN mengatakan kemungkinan pergerakan saham perusahaan yang aktif dan melesat didorong oleh ekspektasi dari investor yang meyakini kemampuan manajemen dan pertumbuhan bisnis BREN yang terus meningkat.
Sebelumnya, BREN tak hanya menyalip BBCA, perusahaan milik orang terkaya nomor satu di Indonesia Prajogo Pangestu itu juga melibas kapitalisasi pasar PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN).
Seperti diketahui, BBCA sudah lama menempati posisi teratas dari sisi kapitalisasi pasar di BEI. Jika menilik dari sisi kinerja, laba bersih emiten energi terbarukan milik Prajogo Pangestu ini pada kuartal I 2024 mencapai US$28,83 juta atau sekitar Rp 467,18 miliar (kurs Rp 16.201 per US$). Laba bersih perusahaan ini turun tipis 1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy), yang mencapai US$ 29,24 juta atau setara Rp 473,79 miliar.
Laba itu terpaut jauh dengan emiten lainnya yang berada di jajaran tiga besar market cap di BEI. Misalnya, BBCA pada kuartal satu 2024 berhasil membukukan laba bersih Rp 12,9 triliun atau tumbuh 11,7% secara tahunan.