Nilai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencetak rekor Rp 27,18 triliun, pada Selasa (25/6). Angka tersebut di atas rata-rata nilai transaksi harian sepanjang 2024 yang mencapai Rp 12,23 triliun.
Berdasarkan data BEI, nilai transaksi saham mencapai Rp 27,18 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 23,47 miliar saham. Pendorong rekor nilai transaksi ini adalah crossing saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) di pasar negosiasi yang mencapai Rp 16,95 triliun.
Manajemen AMMN dalam keterbukaan informasi di BEI mengatakan, transaksi crossing saham itu merupakan bagian dari rencana penetapan waris (estate planning) dari Direktur Utama AMMN Alexander Ramlie. Jadi, bukan penjualan saham kepada pihak ketiga. Perusahaan menegaskan, pengalihan saham ini dilakukan dengan mematuhi peraturan pasar modal yang berlaku.
Berdasarkan data yang dilihat Katadata.co.id di aplikasi online trading, nilai transaksi saham AMMN tersebut berada di bawah harga pasar dengan rata-rata Rp 1.695 per saham dengan volume sebanyak 100,05 juta lot saham. Harga saham yang digunakan dalam transaksi crossing itu sesuai dengan harga IPO AMMN pada 7 Juli 2023. Pada penutupan perdagangan Selasa (25/6), harga saham AMMN naik 0,69% ke Rp 10.875.
Indikasi Positif Investor Mulai Akumulasi Saham
Nafan Aji Gusta, Senior Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengatakan peningkatan dari segi nilai transaksi (trading value) saham di BEI merupakan indikasi positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa investor domestik dan asing mulai meningkatkan akumulasi kepemilikan sahamnya.
Apabila melihat dari sisi mikro, Nafan mengatakan, jajaran direksi sejumlah bank besar melakukan aksi buyback saham di saat harga saham perusahaannya turun. Misalnya, aksi beli yang dilakukan oleh direksi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Nafan mengatakan, aksi beli para direksi bank itu berlangsung pada saat investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell). Aksi para direksi bank itu, menurut Nafan, merupakan upaya untuk mengedukasi dan mengajak para investor untuk tetap yakin pada kinerja fundamental bank-bank tersebut.
"Mereka berupaya menunjukkan bahwa kinerja perbankan sebenarnya bagus dan progresif, serta Non-Performing Loan (NPL) dapat ditekan serendah mungkin," ujar Nafan kepada Katadata.co.id, Selasa (25/6).
Permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memperpanjang restrukturisasi kredit Covid-19 hingga 2025 menjadi angin segar bagi sektor perbankan, khususnya untuk segmen kredit mikro.
Nafan juga mengatakan, dari sisi makro, pasar saham sangat mengapresiasi Bank Indonesia (BI) yang menyampaikan pernyataan optimistis, seperti target nilai tukar rupiah yang diproyeksikan akan meninggalkan angka Rp 16.000 per dolar AS. Selain itu, Bank Dunia juga menyebut prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi dibandingkan prospek ekonomi global.
Faktor domestik lainnya yang menjadi sentimen positif adalah penjelasan pemerintah bahwa dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 disebutkan bahwa defisit bisa dijaga hanya minus 3%. Sementara itu, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga dipertahankan sekitar 30%.