Tekanan PMI AS Seret Bursa Asia dan Indonesia, Sektor Teknologi Terkoreksi

NYSE
Tekanan PMI AS Seret Bursa Asia dan Indonesia, Sektor Teknologi Terkoreksi
4/9/2024, 14.28 WIB

Sektor teknologi di bursa Indonesia mencatatkan penurunan sebesar 0,38%, seiring dengan pelemahan bursa Asia yang juga tertekan. Penurunan ini disebabkan oleh kontraksi pada Indeks Manufaktur ISM atau Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Amerika Serikat (AS), yang mencerminkan melemahnya aktivitas sektor manufaktur di negara tersebut.

Berdasarkan penutupan perdagangan siang ini, saham sektor teknologi yang ikut terkoreksi yakni PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) turun 1,69% ke Rp 116. Kemudian diikuti PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) terkoreksi 0,98% ke Rp 406, PT Wir Asia Tbk (WIRG) turun 1,20% ke Rp 82, dan PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) tergelincir 1,67% ke Rp 590 per lembarnya.

Menanggapi hal tersebut Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan, saat ini pasar tengah menghadapi kontraksi pada PMI di sektor manufaktur.

“Karena kalau dari SMP Global pun juga sudah merilis ya, Indonesia kan kontraksi,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Rabu (4/9).

Selain itu, Nafan menjelaskan bahwa pergerakan bursa Indonesia cenderung didorong oleh sektor finansial, terutama dari sub-sektor seperti perdagangan, jasa, dan barang (Trade, Services, and Goods/TSG).

Sektor ini menjadi salah satu penggerak utama di bursa karena mencakup berbagai perusahaan yang berkontribusi besar terhadap perekonomian, termasuk bank, perusahaan dagang, penyedia jasa, serta industri barang konsumsi yang sering kali menunjukkan kinerja stabil dan menarik minat investor.

Namun di Amerika Serikat justru pendorong utamanya adalah sektor teknologi, dengan manufaktur di bidang teknologi sebagai yang terkuat.

Ia menyebut saat ini AS sedang mengalami kontraksi pada US Manufacturing PMI, yang semakin memburuk dari Juli ke Agustus.

Hal tersebut memberikan tekanan relatif pada sektor teknologi di Amerika Serikat. Dengan demikian, menurut Nafan, kondisi ini menciptakan efek domino, memicu sentimen negatif di pasar, khususnya untuk sektor teknologi di AS.

“Yang memang tengah mengalami penurunan,” jelasnya.

Bursa Asia Anjlok

Bursa saham di Asia Pasifik berguguran pada pembukaan perdagangan Rabu (4/9). Indeks Nikkei 225 Jepang memimpin dengan penurunan sebesar 4,01% setelah saham-saham teknologi AS didera tekanan jual karena data ekonomi AS yang lemah memicu kekhawatiran resesi.

Menurut laporan CNBC.com, saham-saham yang terkait dengan semikonduktor seperti Renesas Electronics anjlok 10%, menjadikannya sebagai penekan terbesar dalam indeks bursa Jepang.

Tokyo Electron merosot 7,3%, sementara Advantest anjlok lebih dari 9%. Softbank Group yang memiliki perusahaan perancang chip Arm, harga sahamnya turun lebih dari 5,7%. Arm mendesain chip untuk Nvidia.

Indeks Kospi Korea Selatan turun 2,61% pada pembukaannya. Begitu juga dengan saham berkapitalisasi kecil Kosdaq, yang mengalami penurunan 2,94%. Raksasa cip Samsung Electronics dan SK Hynix - keduanya adalah pemasok Nvidia - kehilangan 2,76% dan 6,95%.

Indeks Tertimbang Taiwan turun 4,6% pada pembukaannya. Saham-saham kelas berat seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Company turun 5% dan Hon Hai Precision Industry - yang secara internasional dikenal sebagai Foxconn - turun lebih dari 4%.

Indeks S&P/ASX 200 Australia turun hampir 2%, terseret oleh pelemahan harga minyak. Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka berada di 17.487, lebih rendah daripada penutupan terakhir HSI di 17.651,49.'

Kejatuhan Saham Nvidia

Di Amerika Serikat (AS), harga saham produsen chip Nvidia merosot lebih dari 9% dalam perdagangan reguler, menyeret saham-saham lain, seperti Intel, AMD, dan Marvell. VanEck Semiconductor ETF (SMH), indeks yang melacak saham-saham semikonduktor, turun 7,5%, hari terburuknya sejak Maret 2020.

Secara terpisah, indeks manufaktur ISM untuk bulan Agustus mencapai 47,2% untuk bulan tersebut, naik 0,4 poin persentase dari bulan Juli, tetapi di bawah 47,9% yang diharapkan dari Dow Jones.

Indeks ini mengukur persentase perusahaan yang melaporkan ekspansi, sehingga angka di bawah 50% menunjukkan kontraksi.

Ketiga indeks utama mencatat hari terburuk sejak aksi jual global pada 5 Agustus. Dow Jones Industrial Average turun 1,51% dan S&P 500 turun 2,12%. Nasdaq Composite mengalami kerugian terbesar, anjlok 3,26%.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila