Adaro Energy (ADRO) Ungkap Rencana Diversifikasi Bisnis Usai Lepas Anak Usaha

Fauza Syahputra|Katadata
PT Adaro Energy Indonesia Tbk berencana memperluas diversifikasi usahanya setelah menjual bisnis batu bara termal AAI.
2/10/2024, 15.22 WIB

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengungkap rencana bisnis usai spin-off dan menjual seluruh segmen bisnis batu bara termal dari anak usahanya, PT Adaro Andalan Indonesia (AAI). Sekretaris Adaro Energy Indonesia Mahardika Putranto mengatakan, perusahaan berencana untuk memperluas dan mendiversifikasi bisnisnya di luar batu bara termal secara strategis.

Ia menilai langkah ini bertujuan untuk menciptakan portofolio bisnis yang lebih seimbang serta memberikan perlindungan yang lebih kuat bagi perusahaan di setiap fase siklus bisnis. Hal itu juga sekaligus menjadi faktor penting dalam menciptakan nilai jangka panjang bagi Adaro.

“Perseroan tidak mengalami perubahan kegiatan usaha,” tegas Mahardika dalam keterangan tertulis, Senin (1/19). 

Selain itu, Mahardika juga menyebut Adaro Energy Indonesia akan tetap melanjutkan kegiatan sebagai induk usaha dan konsultasi manajemen untuk anak-anak perusahaan yang masih berada di luar grup usaha AAI.

Selain itu, secara konsolidasi, ia menilai perusahaan masih memiliki investasi di sektor pertambangan batu bara metalurgi dan mineral, serta pengolahan mineral melalui PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). 

Investasi tersebut juga mencakup energi, utilitas, dan infrastruktur pendukung yang didukung oleh sumber daya yang ada. Adapun kedepannya ia menyebut Adaro berencana untuk mengembangkan proyek-proyek yang sejalan dengan program ekonomi hijau pemerintah Indonesia.

Setelah divestasi AAI, kata Mahardika, proyek yang masih berlanjut adalah yang berada di bawah Adaro Minerals (ADMR) dan Adaro Green. Beberapa proyek tersebut meliputi pengembangan tambang batu bara metalurgi, proyek pengolahan aluminium berkapasitas 500 ktpa di Kaltara Industrial Park, serta proyek pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 70 MW di Kalimantan Selatan.

“Dan juga pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas 1.375MW di Kalimantan Utara,” ucapnya. 

Dampak Divestasi

Sekretaris Adaro Energy Indonesia Mahardika Putranto menjelaskan divestasi AAI tidak memengaruhi operasional perusahaan sebab aktivitas perusahaan lebih fokus pada manajemen dan kantor pusat. 

Meskipun AAI telah dilepas, Adaro Energy tetap memiliki investasi di sektor energi lain, termasuk pertambangan batu bara, energi, infrastruktur pendukung, dan pengolahan mineral. Perusahaan juga didukung oleh sumber daya yang kuat dan potensi besar. 

“Ke depannya, perseroan berharap dapat berkontribusi dalam pengembangan beberapa proyek yang dapat mendukung ekonomi hijau yang sedang dikembangkan di Indonesia,” kata Mahardika dalam keterangan tertulis, Selasa (1/10).  

Tak hanya itu, Mahardika juga menegaskan divestasi AAI tidak akan mengganggu kelangsungan bisnis Adaro Energy. Setelah divestasi, perusahaan akan fokus pada bisnis di luar batu bara termal dan energi hijau.

Rencana ini akan memberikan akses lebih luas kepada pembiayaan, pendanaan yang lebih terjangkau, dan kerja sama dengan mitra bisnis untuk proyek ramah lingkungan. 

Ia berharap bisnis non-batu bara termal dan energi hijau tersebut menjadi penggerak utama pertumbuhan perusahaan. Fokus bisnis baru ADRO tersebut juga diharapkan dapat berkontribusi positif pada pendapatan dan laba perusahaan.  

ADRO berencana untuk terus memperluas dan mendiversifikasi bisnis non-batu bara termal untuk menggantikan kontribusi AAI. Kemudian, perusahaan akan menciptakan portofolio bisnis yang lebih seimbang sehingga melindungi perusahaan dari fluktuasi siklus bisnis. 

“Serta menjadi kontributor penting terhadap penciptaan nilai jangka panjang perseroan,” ujar Mahardika.

 
Reporter: Nur Hana Putri Nabila