Mencermati Laju Saham Sektor Energi di Tengah Memanasnya Perang Timur Tengah

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Serangan balas Israel terhadap Iran berpotensi mengganggu suplai minyak, memicu lonjakan harga saham di sektor energi dan menyebabkan ketidakpastian pasar global.
7/10/2024, 16.52 WIB

Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di pinggiran selatan Beirut dari Sabtu (5/10/2024) hingga Minggu (6/10/2024), menjadikannya serangan paling dahsyat di ibu kota Lebanon sejak eskalasi konflik dengan kelompok Hizbullah yang didukung Iran.

Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, khususnya setelah serangan ratusan rudal Iran yang menghantam Israel, mendapat perhatian serius dari para pelaku pasar. Kekhawatiran semakin meningkat ketika Israel mengumumkan rencana untuk melancarkan serangan balasan yang menargetkan infrastruktur energi Iran.

Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa jika pasokan minyak terganggu akibat eskalasi militer, harga minyak dunia berpotensi melonjak hingga mencapai level $100 per barel.

"Agresi militer ini dapat memengaruhi stabilitas pasar minyak secara signifikan," kata Nafan kepada Katadata.co.id, Senin (7/10).

Nafan menjelaskan hingga saat ini, Israel tampaknya belum memberikan respons terhadap serangan balistik yang telah menghantam wilayahnya, termasuk sekitar 200 rudal yang dilaporkan berasal dari Iran.

Jika ketegangan terus meningkat dan Israel memutuskan untuk melancarkan serangan balik, terutama terhadap instalasi minyak Iran, ada kekhawatiran bahwa harga minyak global akan melonjak.

Meski ketegangan di timur tengah tampak begitu santer, tampaknya pelaku pasar di dalam negeri belum memberikan respons yang cukup berarti tercermin dari laju pergerakan harga saham terutama di sektor minyak dan gas yang masih terbilang variatif.

Pada perdagangan siang ini dikutip dari RTI pukul 15.00 WIB, PT Silo Maritime Perdana Tbk. (SHIP) mengalami penurunan, dengan harga sahamnya turun 15 poin atau 1,09%, mencapai posisi 1.365. Sementara itu, PT Super Energy Tbk. (SURE) mencatatkan lonjakan positif, naik 90 poin atau 3,67%, menjadi 2.540 per saham.

Di sisi lain, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mengalami penurunan sebesar 2 poin atau 0,83%, kini berada di harga 238 per saham. PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) tetap stagnan, bertahan di posisi 1.665.

Berita baik datang dari PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang berhasil naik 15 poin atau 0,93%, mencapai 1.630 per saham. Namun, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) harus menghadapi penurunan sebesar 15 poin atau 1,06%, menyusut menjadi 1.405.

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), di sisi lain, mencatatkan kenaikan kecil, naik 10 poin atau 0,67%, dan berada di angka 1.510 per saham.

Secara keseluruhan, dinamika perdagangan saham di sektor ini mencerminkan ketidakpastian yang melanda pasar, dengan beberapa emiten merasakan dampak positif, sementara yang lain harus berjuang untuk mempertahankan posisinya.

"Jika harga minyak global naik, akan ada dampak pada harga komoditas lainnya seperti nikel dan batu bara, yang juga bisa mengalami kenaikan akibat potensi pembatasan pasokan," ujarnya.

Nafan menjelaskan, eskalasi konflik yang lebih parah bisa mengakibatkan terganggunya rantai pasokan, yang kemudian memicu lonjakan harga di berbagai sektor, terutama energi.

Keterbatasan suplai ini membuat saham-saham energi berpeluang besar mengalami kenaikan seiring meningkatnya ketidakpastian pasar. Selain itu, perusahaan di sektor lain yang bergantung pada energi juga bisa menghadapi kenaikan biaya produksi, yang pada akhirnya berdampak pada harga komoditas secara keseluruhan.

Bedasarkan pantauan pergerakan harga saham batu bara hari ini, saham di sektor energi menunjukkan tren yang beragam. Beberapa emiten mencatatkan kenaikan signifikan, seperti PT Bukit Asam Tbk yang melonjak 110 poin atau 3,68% menjadi Rp 3.100 per saham, dan PT Indika Energy Tbk (INDY) yang naik 70 poin atau 4,13% menjadi Rp 1.765 per saham.

Selain itu, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk juga mengalami kenaikan sebesar 325 poin atau 1,25% ke level Rp 26.300 per saham, sementara PT Mitrabara Adiperdana Tbk naik 30 poin atau 0,89%.

Di sisi lain, PT TBS Energi Utama Tbk turut mencatatkan kenaikan sebesar 5 poin atau 0,86% ke posisi Rp 585 per saham, diikuti oleh PT Bumi Resources Tbk yang naik 5 poin atau 3,70% menjadi Rp 140 per saham.

Sementara itu, saham PT Harum Energy Tbk mengalami sedikit penurunan sebesar 5 poin atau 0,36% menjadi Rp 1.400 per saham, dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) naik tipis 25 poin atau 0,15% menjadi Rp 16.475 per saham.

Reporter: Selfie Miftahul Jannah