Emiten Terafiliasi Keponakan Luhut Mau Buyback Saham Rp474,5 M

ANTARA FOTO/Andri Saputra/foc.
PT TBS Energi Utama Tbk. terafiliasi keponakan Luhut, berencana buyback saham maksimal Rp474,58 miliar.
7/10/2024, 17.56 WIB

PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA), emiten energi yang terintegrasi dan terafiliasi dengan keponakan Luhut Binsar Panjaitan, Pandu Sjahrir, berencana untuk melakukan buyback saham dengan nilai maksimal Rp 474,58 miliar, setara dengan sekitar USD 30,83 juta, dengan asumsi kurs Rp 15.394.

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia Senin (7/10), TOBA akan membeli kembali sebanyak 816,78 juta lembar saham, yang setara dengan 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk memperkuat nilai sahamnya di pasar.

TOBA akan menggunakan dana internal untuk buyback saham, dengan total dana yang diperkirakan hanya 3,28% dari keseluruhan aset perusahaan, yang tercatat mencapai USD 938,7 juta berdasarkan laporan keuangan konsolidasi terbaru. Nilai buyback ini dihitung berdasarkan harga penutupan saham pada 4 Oktober 2024, yaitu Rp 580 per saham.

"Perseroan akan menyelenggarakan RUPSLB pada hari Kamis, 14 November 2024 yang salah satu mata acara RUPSLB adalah permintaan persetujuan para pemegang saham Perseroan sehubungan dengan rencana pembelian kembali saham perseroan," jelas Toba, dikutip Katadata.co.id, Senin (7/10).

Laba TOBA

TOBA membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 26,49 juta atau Rp 410,21 miliar (kurs: 15.484 per dolar AS) pada semester pertama 2024. Laba tersebut meroket 208% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 8,60 juta atau Rp 133,17 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dirilis Jumat (30/8), emiten tambang batu bara dan pembangkit listrik mandiri itu membukukan pendapatan USD 248,67 juta atau Rp 3,85 triliun sepanjang Januari–Juni 2024.

TBS membukukan kenaikan laba yang signifikan. Selama paruh pertama tahun 2024, ia menyebut TBS mencatatkan laba periode berjalan naik 128,8% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai USD 40,5 juta.

Pertumbuhan positif ini didorong oleh kenaikan EBITDA disesuaikan sebesar 67,1%, menjadi USD 83,7 juta (RP 1,29 triliun) pada semester pertama 2024.

Kinerja tersebut didukung oleh portofolio TBS melalui pembangkit listrik tenaga batu bara di Gorontalo dan Sulawesi Utara, meskipun ada fluktuasi harga batu bara. Selain itu, sektor pengelolaan limbah menyumbang USD 2,6 juta pada EBITDA setelah akuisisi terbaru. Dengan demikian, perolehan kinerja ini memperkuat komitmen perseroan untuk beralih ke praktik bisnis yang lebih berkelanjutan.

Reporter: Selfie Miftahul Jannah