Laba FREN Berbalik Rugi Rp 164 Miliar di Tengah Wacana Akuisisi oleh XL Axiata

Arief Kamaludin | Katadata
PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) mencatat kerugian sebesar Rp 164,10 miliar pada periode Januari hingga September 2024. Angka ini berbalik dari capaian laba usaha sebesar Rp 319,18 miliar.
15/11/2024, 11.18 WIB

PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) mencatat kerugian sebesar Rp 164,10 miliar pada periode Januari hingga September 2024. Angka ini berbalik dari capaian laba usaha sebesar Rp 319,18 miliar pada periode yang sama di 2023.

Mengutip laporan keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan usaha FREN pada periode Januari hingga September 2024 turun menjadi Rp 8,54 triliun, dari Rp 8,63 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun beban usaha FREN tercatat membengkak menjadi Rp8,7 miliar, naik dari Rp8,31 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pencatatan rugi perusahaan ini seiring dengan proses akuisisi FREN oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) tengah memasuki tahap akhir. Kedua perusahaan baru saja menyepakati nota kesepahaman yang tidak mengikat untuk menjajaki rencana penggabungan usaha pada pertengahan tahun ini.

Nota kesepakatan itu ditandatatangi Grup Sinar Mas, yang diwakili tiga entitas yakni PT Wahana Inti Nusantara (WIN), PT Global Nusa Data (GND); dan (c) PT Bali Media Telekomunikasi (BMT) bersama dengan Axiata Group Berhad, induk dari XL Axiata. Nantinya, setelah merger XL Axiata dan Smartren akan ada entitas baru yang disebut MergeCo.

“Rencana transaksi ini masih dalam tahap evaluasi awal, di mana Axiata dan Sinar Mas memiliki tujuan untuk tetap menjadi pemegang saham pengendali dari MergeCo,” tulis pengumuman manajemen XL Axiata di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, dikutip Rabu (15/5).

Sebelumnya, Sinarmas Sekuritas menilai penggabungan usaha atau merger emiten telekomunikasi PT Smartfren Tbk (FREN) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) wajib dilakukan. Merger tersebut bahkan seharusnya cepat dilakukan sebelum lelang spektrum frekuensi untuk 5G dilaksanakan agar tidak kalah dengan PT Telkomsel Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT).

Senior Equity Analyst Sinarmas Sekuritas, Yosua Zisokhi, mengatakan saat ini masih menunggu secara resmi penggabungan usaha antara XL dn Fren. Yousa berasumsi keduanya masih memiliki pekerjaan rumah (PR) seperti pengurangan utang dari entitasnya hingga kemungkinan rights issue sebelum benar-benar merger.

"Berarti kami bisa lihat mungkin paling cepat tahun depan atau dua tahun lagi untuk terlaksana merger. Intinya merger wajib ya kalau mau bersaing dengan Telkomsel dan Indosat," kata Yosua dalam Riset Bulanan secara online, dikutip Rabu (25/9).

Di sisi lain, Yosua mengkhawatirkan mergernya FREN dan EXCL dilakukan setelah lelang spektrum.

Sebagai informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo menargetkan lelang spektrum frekuensi untuk 5G pada semester II tahun ini. Namun, Kominfo masih mengkaji insentif untuk pelaku industri. Adapun, spektrum yang akan dilelang untuk 5G yakni spektrum frekuensi 700 MHz dan 26 GHz.

Tujuannya mempercepat target kecepatan internet Indonesia ke posisi 10 besar dunia. Yosua juga membeberkan adanya lelang spektrum menunggu dari menteri baru saat transisi pemerintahan. Sehingga merger diprediksi terlaksana di 2025.