XL Axiata Targetkan Merger dengan Smartfren Selesai Semester I 2025

Katadata/Amelia Yesidora
Konferensi pers kesepakatan merger antara XL Axiata dan Smartfren di Jakarta, Rabu (11/12).
11/12/2024, 14.39 WIB

PT XL Axiata Tbk (EXCL) menargetkan proses merger perusahaan dengan perusahaan telekomunikasi Grup Sinarmas yaitu Smartfren Telecom atau FREN dan Smart Telcom dapat rampung semester pertama 2025.

Direktur Utama Dian Siswarini mengatakan, terdapat timeline atau garis waktu mengenai merger XL dengan martfren Telecom atau FREN dan Smart Telcom. Pada 11 Desember 2024 akan sumbisi kepada Kementerian Komunikasi dan Digital.

"Proses persetujuan OJK dan Komdigi kurang lebih tiga bulan," kata Dian dalam konferensi pers, Rabu (11/12).

Lalu perusahaan akan menunggu persetujuan Komdigi dan selanjutnya menanti persetujuan Otoritas Jasa Keuangan atau OJK dan Bursa Efek Malaysia.

Usai meminta persetujuan Bursa Efek Malaysia, selanjutnya Axiata akan melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa atau RUPSLB. Kemudian dilanjutkan RUPSLB XL Axiata dan Smartfren.

Dian menjelaskan proses persetujuan pemangku kepentingan memakan waktu 1,5 bulan sampai dengan dua bulan. "Semester pertama 2025 hari pertama merger," sebutnya.

EXCL menyatakan Axiata Group Berhad dan Sinar Mas akan memegang 34,8% saham XLSmart dengan pengaruh yang sama untuk arah dan keputusan strategis perusahaan. Seiring dengan kesepakatan merger yang terjadi di antara kedua belah pihak.

"Axiata dan Sinar Mas akan menjadi pemegang saham pengendali perusahaan," tulis manajemen XL dalam keterangan resminya, Rabu (11/12).

Manajemen EXCL menjelakan XL Axiata akan menjadi entitas yang bertahan. Sementara Smartfren dan SmartTel akan menggabungkan diri menjadi bagian dari XLSmart.

Lalu pada saat selesainya transaksi, Axiata menerima senilai US$ 475 juta. Setelah transaksi ditutup, Axiata akan menerima US$ 400 juta, beserta tambahan US$ 75 juta di akhir tahun pertama, tergantung pada pemenuhan syaratsyarat tertentu.

Sebagai informasi, nilai gabungan dari kerja sama ini mencapai lebih dari Rp 104 triliun, atau sekitar US$ 6,5 miliar. Group Chief Executive Officer Axiata Group, Vivek Sood, menyebut merger ini bisa membuka jalan bagi Indonesia dan ASEAN yang lebih terkoneksi. Di sisi lain, juga bisa mengurai permasalahan kesenjangan digital.

Viviek menilai merger ini akan memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur yang unik bagi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan menyediakan platform yang dapat berkembang yang akan meningkatkan cakupan dan kualitas layanan, berbagai pilihan produk menarik, dan perbaikan kualitas jaringan.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail