Mengulik Aksi PPRE Perkokoh Portofolio, Garap Lini Tambang ANTM Intip Kinerjanya
Entitas anak perusahaan pelat merah PT PP Tbk (PTPP), yakni PT PP Presisi Tbk (PPRE) terus memperkokoh portofolio bisnisnya di sektor pertambangan. Perseroan baru saja memperoleh kontrak baru dari anak usaha PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Sumberdaya Arindo untuk proyek di Tanjung Buli, Halmahera Timur.
Dalam keterangan resmi perusahaan, kontrak tersebut mencakup sejumlah pekerjaan penting, antara lain land clearing, cut and fill, serta pengangkutan material. Selain itu, PPRE juga akan menangani trimming, penataan area disposal dan pekerjaan pavement termasuk pemeliharaan jalan operasional di area tambang.
Vice President Corporate Secretary PPRE Mei Elsa Kembaren menyebutkan, proyek ini menjadi langkah strategis bagi perusahaan untuk memperluas layanan di sektor pertambangan serta memastikan pelaksanaan proyek yang efisien dan berkelanjutan.
“Kami berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik yang memenuhi standar operasional, keselamatan, dan lingkungan. Kami juga terus memperkuat kapabilitas operasional untuk mendukung industri pertambangan nasional,” ujar Mei dalam keterangan resmi, Senin (10/11).
Sebagai bagian dari proyek tersebut, PPRE juga dipercaya untuk membangun fasilitas pendukung keselamatan dan lingkungan sesuai standar operasional. Proyek ini menjadi jalan perseroan yang sedang memfokuskan ekspansi ke wilayah timur Indonesia.
Hingga semester pertama tahun ini, nilai kontrak baru yang dikantongi PPRE mencapai sekitar Rp 3,2 triliun, naik 60% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2 triliun. Mayoritas kontrak tersebut berasal dari segmen jasa pertambangan dan konstruksi.
Kinerja PPRE
Sampai berakhirnya periode kuartal ketiga, PPRE membukukan kenaikan laba bersih sebesar 1.267% dari Rp 7,68 miliar menjadi Rp 104,97 miliar hingga kuartal ketiga 2025. Meski begitu, bila menilik dari pendapatannya, PPRE hanya mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 2,21% menjadi Rp 2,77 triliun dari Rp 2,71 triliun.
Sementara itu, beban pokok pendapatan mampu ditekan hingga turun menjadi Rp 2,19 triliun dari Rp 2,21 triliun. Di samping itu perusahaan juga mendapatkan pendapatan lainnya sebesar Rp 65,77 miliar, di mana tahun lalu hanya mendapatkan sebesar Rp 30,63 miliar.
Sementara itu, PT Sumberdaya Arindo (SDA) merupakan anak usaha Antam yang awalnya bergerak di bidang jasa pertambangan bawah tanah (underground mining service) sejak 2015. Perusahaan ini memulai proyek di wilayah IUP PT Cibaliung Sumberdaya, Banten dengan pekerjaan landfill, pemeliharaan fasilitas tailing serta pengembangan dan penyanggaan tambang.
Pada 30 September 2022, SDA resmi bertransformasi menjadi perusahaan pertambangan pemegang IUP di wilayah pesisir timur Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara sebagai hasil pemecahan izin dari Antam. Total luas wilayah konsesi SDA mencapai 14.421 hektar dengan estimasi cadangan bijih nikel sebesar 199,1 juta wmt.
Selanjutnya, pada 28 Desember 2023, Antam melakukan divestasi saham SDA kepada Hongkong CBL Limited, anak usaha Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL) dari China. Kini, kepemilikan SDA terbagi menjadi 51% milik Antam dan 49% milik Hongkong CBL Limited.
Divestasi tersebut merupakan bagian dari rencana pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV Battery) di Indonesia oleh Antam bersama mitra globalnya. Dalam proyek strategis ini, SDA menargetkan produksi bijih nikel hingga 9 juta wmt per tahun mulai 2027.