Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) diborong investor asing dengan total transaksi beli bersih atau net buy mencapai Rp 838 miliar sepanjang 1-10 November 2025. Emiten energi baru terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu berencana meningkatkan portofolio bisnisnya di bidang pengembangan pembangkit panas bumi (geothermal) mencapai 910,3 megawatt (MW) dan pembangkit listrik tenaga angin (wind farm) sebesar 78,75 MW.
Direktur Utama BREN Tan Hendra Soetjipto mengatakan, kedua lini bisnis ini masih akan menjadi fokus utama perseroan dalam jangka menengah dan panjang. Dia juga tidak menutup kemungkinan BREN akan berekspansi di sektor energi baru terbarukan (EBT) lainnya.
“Tergantung sektor-sektor lain di luar geothermal dan wind farm memberikan tingkat ekonomi return menarik atau tidak. Tapi tetap fokus kami mengembangkan portofolio itu [geothermal dan wind farm],” kata Hendrea dalam paparan publik virtual, Selasa (11/11).
BREN membidik total kapasitas pembangkit listrik mencapai 2.300 MW pada 2032. Salah satu cara mencapai target tersebut adalah dengan mengembangkan empat proyek strategis yang sedang dieksekusi.
Keempat proyek tersebut adalah pertama, Proyek Wayang Windu Unit 3 dengan proyeksi tambahan kapasitas lebih dari 30 MW, ditargetkan rampung pada kuartal keempat 2026.
Kedua, Proyek Salak Unit 7 dengan tambahan lebih dari 40 MW, diproyeksikan selesai pada kuartal keempat 2026. Ketiga, Wayang Windu Unit 1 dan 2 Retrofit akan menambah 18,4 MW dan ditargetkan tuntas pada kuartal keempat 2025. Serta keempat adalah Proyek Darajat Unit 3 Retrofit akan menambah lebih dari 7 MW setelah selesai pada 2026.
Saat ini, BREN mengoperasikan tiga aset panas bumi yang berasal dari tiga proyeknya yakni, Wayang Windu, Salak dan Darajat dengan total kapasitas terpasang 710 MW. Kapasitas ini menjadikan BREN sebagai pemimpin di sektor panas bumi nasional.
Proyek dan Capaian 2025
Sepanjang 2025, BREN telah menuntaskan dua proyek strategis, yakni Salak Binary dan Salak Retrofit, dengan tambahan kapasitas 24,3 MW. Total kapasitas panas bumi perseroan kini mencapai 910 MW. Kedua proyek tersebut bahkan melampaui target awal. Proyek Salak Binary menghasilkan 16,6 MW, lebih tinggi dari target 14,2 MW, sedangkan Salak Retrofit menambah 7,7 MW dari target 7,2 MW.
“Capaian ini mencerminkan keunggulan teknis dan kedisiplinan eksekusi kami dalam menjalankan strategi jangka panjang,” ujar Hendra.
Selain itu, BREN juga telah melakukan pengeboran eksplorasi pertama di proyek AMB, yang menandai dimulainya fase pengembangan awal dengan potensi tambahan 300 MW. Proyek ini menjadi tonggak penting ekspansi strategi perusahaan di wilayah timur Indonesia, sekaligus memperkuat kontribusi BREN dalam pemerataan pembangunan energi bersih nasional.
Laba BREN Melesat 23,8%
BREN membukukan laba bersih sebesar US$ 106,55 juta sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, naik 23,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 86,06 juta.
Kenaikan laba ini ditopang pendapatan yang meningkat 3,6% dari US$ 441,29 juta menjadi US$ 457,39 juta. Pendapatan BREN, terutama berasal dari berasal dari penjualan listrik sebesar US$ 215,03 juta, segmen pendapatan sewa operasi senilai US$ 116,09 juta, penjualan uap sebesar US$ 94,70 juta, serta pendapatan sewa senilai US$ 31,55 juta.
Pendapatan biaya manajemen menjadi US$ 22.000 dan penjualan kredit karbon sebesar US$ 1.000. Kemudian, perseroan mencatatkan kenaikan beban depresiasi dan amortisasi menjadi US$ 71,05 juta.
Harga saham BREN pada perdagangan hari ini ditutup turun 1,95% ke level Rp 10.025. Namun, harga sahamnya telah naik 8,67% dalam sepekan ini.