Wall Street Lesu Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed AS

NYSE
Bursa efek New York atau Wall Street
10/12/2025, 06.04 WIB

Indeks bursa Wall Street Amerika Serikat bergerak bervariasi pada perdagangan Selasa (9/12), seiring investor menantikan keputusan suku bunga Federal Reserve atau The Fed pekan ini.

S&P 500 berakhir nyaris datar setelah turun tipis 0,09% ke level 6.840,51. Sementara itu, Nasdaq Composite justru naik 0,13% menjadi 23.576,49.

Dow Jones Industrial Average melemah 179,03 poin atau 0,38% ke 47.560,29, tertekan oleh anjloknya saham JPMorgan lantaran biaya 2026 diproyeksi lebih tinggi dari perkiraan.

CVS menjadi salah satu saham dengan kinerja terbaik pada perdagangan Selasa (9/12). Saham jaringan apotek ini melonjak hampir 5% setelah perusahaan merilis proyeksi laba tahun depan yang melampaui perkiraan analis.

Analis investasi eToro, Bret Kenwell menilai para pelaku pasar kini menunggu keputusan penting The Fed pada Rabu (10/12) waktu AS, yang menjadi keputusan terakhir tahun ini.

Pelaku pasar memperkirakan bank sentral AS akan kembali memangkas suku bunga acuan 25 basis poin, melanjutkan langkah pada pertemuan September dan Oktober. Berdasarkan perangkat FedWatch CME, probabilitas pemangkasan suku bunga kini mencapai 87%.

Ekspektasi itu turut mendorong indeks Russell 2000, yang berisi saham-saham kapitalisasi kecil, menyentuh rekor tertinggi intraday pada sesi perdagangan Selasa (9/12).

Penurunan suku bunga dinilai lebih menguntungkan emiten-emiten kecil. Hal itu lantaran biaya pinjaman lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga pasar, sehingga potensi pertumbuhan dapat lebih merata ke berbagai sektor.

Bret Kenwell mengatakan, meski suku bunga diproyeksikan bakal dipangkas, prediksi The Fed soal ekonomi dan komentar Ketua Jerome Powell akan menjadi penentu arah pasar. 

“Ini bukan hanya untuk minggu ini, tetapi juga dapat membentuk sentimen sepanjang sisa bulan ini,” ujar dia dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (10/12). 

Selain itu, Kenwell menyebut The Fed saat ini melihat sejumlah tantangan, mulai dari tingginya inflasi, kondisi makro yang belum jelas hingga data ekonomi yang terlambat dirilis akibat penutupan pemerintah AS yang berkepanjangan, serta transisi menuju kepemimpinan baru di bank sentral.

Menurut dia, investor dengan selera risiko tinggi berharap The Fed akan membuka ruang bagi reli akhir tahun.

“Banyak faktor akan memengaruhi kebijakan The Fed pada 2026. Pertanyaannya, apakah bank sentral bisa terus bersikap akomodatif jika kondisi ini berlanjut, atau justru mandat gandanya akan membatasi ruang para dovish?” ujarnya.

Kemudian, Kepala Investasi LNW Ron Albahary menilai pemangkasan suku bunga 25 basis poin dan nada hawkish The Fed kemungkinan sudah sepenuhnya diantisipasi pasar.

Menurut dia, investor kini mulai mengalihkan fokus ke fase berikutnya yakni kepemimpinan bank sentral mengingat masa jabatan Jerome Powell sebagai Ketua The Fed akan berakhir pada Mei 2026.

Albahary juga menyoroti likuidnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga Desember, yang sempat melonjak ke hampir 100%, turun hingga 30%, lalu kembali naik ke kisaran 90% – 100%. 

“Volatilitas seperti itu, yang dipicu oleh komunikasi The Fed, menunjukkan bahwa transmisi komunikasinya kemungkinan mengalami kerusakan,” ujarnya kepada CNBC.

Menurut dia, hal ini perlu diperbaiki sebab ia memperkirakan pemimpin baru The Fed nantinya akan memberi perhatian pada cara penyampaian panduan kebijakan agar lebih konsisten dan efektif.  “Itu sebenarnya bisa menjadi perkembangan yang positif,” katanya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila