Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, penyisihan kerugian penurunan nilai aset keuangan perusahaan naik dari Rp 1,71 triliun menjadi Rp 3,48 triliun. Sedangkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) perusahaan naik 85,4% dari Rp 3,29 triliun menjadi Rp 6,16 triliun.

Kenaikan biaya pencadangan tersebut dilakukan seiring rasio kredit bermasalah atau NPL yang melonjak. NPL gross naik dari 2,81% menjadi 4,78%, sedangkan rasio NPL net naik dari 1,83% menjadi 2,96%.

Adapun kredit tercatat hanya tumbuh 6,26% dari Rp 234,9 triliun menjadi Rp 249,7 triliun. Pertumbuhan tersebut jauh melambat dibandingkan 2018 yang mencapai 19,14%. 

Selain karena pencadangan yang naik, laba bersih BTN terkoreksi karena adanya kenaikan beban bunga dan bagi hasil sebesar 31% dari Rp 12,76 triliun menjadi Rp 16,75 triliun.

Adapun laba BTN disokong oleh pendapatan bunga dan bagi hasil sebesar Rp 25,71 triliun, naik 12,5% dibanding tahun sebelumnya Rp 22,85 triliun. Namun, karena kenaikan beban bunga, total pendapatan bunga bersih turun 11,1% menjadi hanya Rp 8,96 triliun tahun lalu dari Rp 10,08 triliun pada 2018.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin