Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (30/12) menguat 0,19% ke posisi Rp 13.925 per dolar AS. Sepanjang tahun ini, rupiah lebih perkasa 3,52% dari posisi penutupan akhir tahun lalu Rp 14.390 per dolar AS.
Adapun kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau JISDOR menempatkan rupiah ke posisi Rp 13.945 per dolar AS, menguat dibanding posisi kemarin Rp 13.956 per dolar AS.
"Dalam perdagangan akhir tahun ini, rupiah ditutup menguat di level Rp 13.920 per dolar AS. Ini membuktikan kinerja pemerintah dan BI yang solid dalam mengelola nilai tukar tahun ini," ujar Analis PT Garuda Berjangka Ibrahim, Senin (30/12).
(Baca: Tiket Pesawat Naik, BI Catat Inflasi Minggu Ketiga Desember 0,42%)
Ibrahim menjelaskan, penguatan rupiah hari ini juga dipengaruhi oleh sejumlah sentimen eksternal. Mengutip Bloomberg, indeks dolar melemah 0,09% ke level 96,82. Adapun mayoritas mata uang Asia bergerak menguat terhadap dolar AS.
Yen Jepang naik 0,14%, peso Filipina 0,24%, ringgit Malaysia 0,12%, korea Won 0,05%, baht Thailand dan dolar Hong Kong masing-masing 0,02%, dan dolar Singapura 0,08%.
Sementara itu, rupee India melemah 0,08%, dolar Taiwan lunglai 0,01%, dan yuan Tiongkok stagnan.
(Baca: BI: Pengaruh Pemakzulan Trump ke Pasar Keuangan Indonesia Minim)
Menurut Ibrahim, sentimen eksternal yang mempengaruhi rupiah antara lain perkembangan kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok yag kian positif. Pekan lalu, Otoritas Beijing menyatakan terus melakukan kontak secara intensif dengan Washington.
Selain itu, sentimen juga datang dari persiapan Bank Sentral Tiongkok untuk mengadopsi pendekatan baru terkait bunga pinjaman yang lebih rendah dan perkembangan Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit.
"Dalam perdagangan awal Januari 2020 tepatnya hari Kamis (2/1), rupiah masih akan menguat di range Rp 13.980 hingga Rp 13.960 per dolar AS," terang Ibrahim.