BRI Optimistis Laba Tahun Depan Tumbuh 11%

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, lgo di Gedung Bank Rakyat Indonesia
27/11/2019, 15.14 WIB

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) optimistis, laba pada 2020 tumbuh 10-11% dibandingkan tahun ini (year on year/yoy) Untuk mencapai target tersebut, perusahaan berfokus meningkatkan kualitas kredit.

Bank berpelat merah ini pun menargetkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan  (NPL) berada di level 2,4-2,5% pada tahun depan. Namun, BRI enggan menyebutkan target penyaluran pinjaman keseluruhan pada 2020.

Direktur Utama BRI Sunarso optimistis, target laba tersebut bisa tercapai. Dia mengakui, pengetatan likuiditas pasar masih akan berlanjut tahun depan. Namun, inflasi diprediksi terjaga pada level 3,1-3,6%.

Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi diproyeksi 5,10-5,35%. "Oleh karena itu, kami menargetkan nilai aset tumbuh 9-10%," kata Sunarso saat paparan kinerja perusahaan di DPR, Rabu (27/11).

(Baca: Tahun Depan, BRI Salurkan Kredit ke UKM Rp 120 Triliun )

BRI pun menargetkan penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR pada tahun depan mencapai Rp 120 triliun. Target ini naik 37,9% dibanding tahun lalu sebesar Rp 87 triliun.  "Kami buat alokasi penyaluran KUR per daerah, totalnya Rp 120 triliun," kata dia.

Ia memerinci, penyaluran KUR terbesar masih akan dialokasikan ke Pulau Jawa mencapai Rp 65 triliun kepada 3,2 juta debitur. Kemudian Pulau Sumatera sebesar Rp 21.3 triliun kepada 892.516 debitur dan Pulau Kalimantan sebesar Rp 7 triliun kepada 255.002 debitur.

BRI juga akan menyalurkan KUR ke Pulau Sulawesi sebesar Rp 15,2 triliun untuk  589.271 debitur, serta Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar Rp 9,1 triliun kepada 319.737 debitur. Sementra itu, target penyaluran KUR di Papua dan Maluku sebesar Rp 2.5 kepada 80.053  debitur. 

(Baca: HUT ke-124, BRI Gelar BRILian Run Surabaya Series)

Pada Semester I 2019, BRI membukukan laba bersih konsolidasi Rp 16,16 triliun atau tumbuh 8,19% yoy. Kendati demikian, pertumbuhan laba BRI tersebut lebih lambat dibandingkan Semester I 2018 yang mencapai 11%.

Direktur Utama sebelumnya Suprajarto mengatakan, melambatnya pertumbuhan laba BRI karena terbebani Danareksa Sekuritas yang baru saja mereka akuisisi. "Banyak masalah di sana, tapi itu sudah dalam perhitungan valuasi pada saat kami ambil (akusisi)," kata Suprajarto pada Agustus lalu (14/8).

Meski begitu, Suprajarto menegaskan bahwa BRI tengah berupaya melakukan perbaikan dan yakin pada akhir tahun ini dapat selesai. Tidak hanya Danareksa Sekuritas, anak usaha lainnya yaitu BRI Agro dan BRI Syariah juga sedang dalam tahap pembenahan.

Pada Semester I 2019, NPL gross BRI tercatat 2,51% dengan NPL coverage 175,57%. Sedangkan rasio pinjaman terhadap simpanan alias loan to deposit ratio (LDR) BRI sebesar 94%, sedangkan rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) berada pada level 21,04%.

(Baca: Gandeng BRI, Traveloka Target 5 Juta Pengguna Pakai PayLater Card)


Reporter: Fariha Sulmaihati