PT Bank Permata Tbk (BNLI) membukukan laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun hingga triwulan III 2019. Capaian tersebut naik 121,1% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih perusahaan pada periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 494,15 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang diunggah dalam keterbukaan informasi, salah satu penopang kenaikan laba bersih perusahaan yaitu naiknya pendapatan bunga bersih hingga triwulan III 2019 menjadi Rp 4,28 triliun. Capaian tersebut naik 2,78% secara yoy dari Rp 4,17 triliun.
Direktur Utama Bank Permata, Ridha Wirakusumah mengatakan, meningkatnya kinerja perusahaan hingga triwulan III 2019 ini didorong oleh disiplin pada pengelolaan biaya operasional. "Biaya dapat dijaga pada level yang konstan di tengah tekanan inflasi," kata Ridha melalui siaran pers yang dikutip Katadata.co.id, Rabu (30/10).
Beban operasional tercatat turun 8,8% dari Rp 5,75 triliun menjadi Rp 5,24 triliun. Sementara itu pendapatan operasional selain bunga tercatat sebesar Rp 2,34 triliun naik 20,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,94 triliun.
(Baca: Profil 3 Bank Raksasa Asia yang Dikabarkan Bidik Saham Bank Permata)
Dengan turunnya biaya operasional, laba operasional perusahaan pada sembilan bulan awal tahun ini meroket 279% menjadi Rp 1,38 triliun dari periode sebelumnya yang hanya Rp 366,15 miliar.
Sementara itu penyaluran kredit tercatat mencapai Rp 92,66 triliun atau hanya tumbuh 1,86% secara tahunan dari Rp 90,97 pada triwulan III 2018. Sedangkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada September 2019 tercatat mengalami perbaikan menjadi 3,3% dibandingkan sebelumnya 4,8%.
Di sisi lain, hingga September 2019 dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp 102,64 triliun atau hanya naik 0,51% secara tahunan dari Rp 102,12 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun rasio dana murah mengalami peningkatan dari 44,8% menjadi 47,5%.
Menurut Ridha hal ini menunjukkan struktur sumber pendanaan yang lebih baik untuk menjaga keseimbangan profitabilitas Bank secara maksimal dengan tetap mengelola likuiditas yang optimal. Namun pada periode ini, rasio loan-to-deposit (LDR) tercatat turun ke level 88%. Padahal di akhir tahun lalu, LDR berada di level 91% dan 90%.
(Baca: DBS Enggan Respons Kabar Akusisi Bank Permata)
Peningkatan laba bersih Bank Permata ini sejalan komitmen Astra International untuk memperbaiki kinerja bank yang tengah diminati oleh sejumlah bank asing ini. Dikabarkan beberapa bank asing seperti DBS Group Holding, Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC), dan Sumitomo Mitsui Financial Group berminat untuk mengambil alih saham Bank Permata.
Bahkan, salah satu bank milik pemerintah, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk juga sempat berniat mencaplok kepemilikan saham Bank Permata. Apalagi Standard Chartered Plc., salah satu pemegang saham mayoritas Bank Permata, memang berniat untuk melepas kepemilikannya di bank ini.
Sebagai informasi, Astra International dan Standard Chartered merupakan dua pemegang saham mayoritas Bank Permata. Keduanya menguasai porsi saham yang sama yakni masing-masing sebesar 44,56%, sementara sisanya sebesar 10,88% dipegang oleh publik.
(Baca: Banyak Investor Minati Bank Permata, Astra akan Perbaiki Kinerjanya)