PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berhasil mengantongi laba bersih pada triwulan I-2019 sebesar Rp 7,2 triliun. Capaian tersebut meningkat 23,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,9 triliun. Lonjakan laba bersih Bank Mandiri salah satunya didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang tumbuh hingga dua digit.
Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini Bank Mandiri menyalurkan kredit sebesar Rp 790,5 triliun atau tumbuh 12,4% dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan kredit ini lebih tinggi dari kredit industri perbankan dalam negeri pada triwulan I-2019 yang tumbuh 11,55% berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, kualitas kredit yang disalurkan pada periode ini juga membaik. Hal itu terlihat dari rasio kredit seret atau Non-Performing Loan (NPL) di level 2,68%, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu di level 3,32%. Menurut Siddik, secara keseluruhan tren penurunan ini mendorong Bank Mandiri semakin dekat dengan target NPL tahun ini di kisaran level 2,5% hingga 2,7%.
"Membaiknya rasio NPL Bank Mandiri disebabkan adanya perbaikan kualitas kredit di hampir seluruh segmen bisnis dan penguatan manajemen risiko, serta keberhasilan dalam melakukan shifting portofolio kredit," kata Siddik di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4).
(Baca: Finalisasi Due Diligence Akusisi Bank Permata, Saham Bank Mandiri Naik)
Turunnya rasio NPL membuat Bank Mandiri mampu memangkas alokasi biaya pencadangan atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) menjadi Rp 2,8 triliun, turun 28,1% dari Rp 3,8 triliun pada triwulan pertama tahun lalu.
Didominasi Kredit Produktif
Dari total penyaluran kredit tersebut, penyaluran kredit produktif tercatat sebesar Rp 522,6 triliun atau 76,3% dari portofolio kredit yang disalurkan Bank Mandiri. Rinciannya, kredit modal kerja sebesar Rp 295,8 triliun, naik 7,0% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, serta kredit investasi sebesar Rp 226,7 triliun naik 13,6%.
Laju ekspansi kredit mereka juga ditopang oleh dua segmen utama, yakni korporasi dan ritel, terutama pada kredit mikro dan konsumer. Pada akhir Maret 2019, pembiayaan segmen korporasi mencapai Rp 301,9 triliun, tumbuh 17,9%. Lalu, segmen mikro senilai Rp 106,5 triliun, tumbuh 24,4%. Terakhir, segmen kredit konsumer sebesar Rp87,2 triliun, tumbuh 9,2%.
Siddik mengatakan, Bank Mandiri tidak hanya fokus pada penyaluran kredit kepada individu dan modal kerja saja, namun ikut dalam memberikan kredit sindikasi infrastruktur. "Tercatat, hingga Maret 2019, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sindikasi sebesar Rp 66,7 triliun atau secara tahunan berhasil tumbuh 37,6%," kata Siddik.
(Baca: Bank Mandiri Jabarkan Skema Restrukturisasi Utang Krakatau Steel)
Pertumbuhan kredit juga turut mendorong kenaikan pendapatan bunga sebesar 15,05% menjadi Rp 22,0 triliun. Sedangkan pendapatan operasional selain bunga, salah satunya fee based income, naik 3,0% menjadi Rp6,2 triliun, serta diiringi dengan turunnya biaya operasional yang hanya tumbuh single digit.
Aset Bank Mandiri per Maret 2019 tercatat sebesar Rp 1.206,0 triliun, naik 9,8% dari akhir Maret 2019. Sementara, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) juga berada pada level 22,47%. Siddik menilai CAR itu berada di level yang aman. "Diharapkan bisa bertahan hingga akhir tahun ini," katanya.
Adapun, rasio likuiditas yang tercermin dari loan to funding ratio (LFR) masih terjaga di level 92,55%. Terjaganya tigkat likuiditas dan CAR Bank Mandiri tersebut karena mereka baru saja memperkuat permodalan mereka dengan menerbitkan surat utang melalui program Euro Medium Term Notes (EMTN) dalam denominasi dolar AS senilai US$ 750 juta.
Surat utang bertenor lima tahun dan kupon 3,75% itu sendiri merupakan bagian dari rencana program penerbitan obligasi valas senilai US$ 2 miliar. "Penerbitan surat utang ini berhasil mengendurkan tekanan pada rasio LFR perseroan. LFR diharapkan bisa terjaga pada kisaran 93%," kata Siddik.
Pencapaian Bank Mandiri soal pertumbuhan laba bersih dan kredit pada periode tiga bulan pertama 2019 ini, belum membuat Bank Mandiri memiliki niatan untuk menaikan target-target mereka hingga akhir tahun ini. Siddik mengatakan, pertumbuhan kredit tahun ini masih ditargetkan 10%-12%. Sedangkan laba bersih ditargetkan tumbuh 11%-13%. "Kita pantau kondisi global, termasuk kondisi setelah Pilpres selesai. Tapi, saat ini belum ada rencana mengubah target," kata Siddik.
(Baca: Bank Mandiri Dorong Transaksi Kartu Kredit untuk Wisata)