Transaksi Berjalan Triwulan I 2019 Diramal Defisit hingga US$ 8 Miliar

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Penulis: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
17/4/2019, 08.39 WIB

Neraca perdagangan pada triwulan I 2019 mengalami defisit US$ 190 juta. Dengan capaian tersebut, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Pieter Abdullah memperkirakan defisit transaksi berjalan pada triwulan I sebesar US$ 6-8 miliar. 

“Saya perkirakan defisit transaksi berjalan kita berkisar US$ 6-8 miliar atau di kisaran 2,5-2,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),” kata dia kepada katadata.co.id, Selasa (16/4). 

Adapun transaksi berjalan terdiri dari neraca dagang, neraca jasa, neraca pendpatan primer, dan neraca pendapatan sekunder. Menurut Pieter, neraca barang dan neraca pendapatan sekunder kerap mengalami surplus. 

Neraca barang memuat transaksi ekspor dan impor barang, baik migas maupun nonmigas. Sementara, neraca pendapatan sekunder mencakup transfer dana dari tenaga kerja yang bekerja di luar negeri dan dari tenaga kerja asing.

(Baca: Dibayangi Jual Bersih Asing Rp 559 Miliar, IHSG Menguat 0,72%)

Sementara, neraca pendapatan primer selalu mengalami defisit besar. Adapun neraca pendapatan primer memuat transaksi penerimaan dan pembayaran kompensasi tenaga kerja serta pendapatan dari investasi.

Itu sebabnya, transaksi berjalan selalu mengalami defisit. “Kalau neraca perdagangan kita defisit, semakin besar pula defisit transaksi berjalan kita,” ujarnya.

Namun seiring dengan aliran masuk dana asing sepanjang triwulan I, Piter memperkirakan neraca pembayaran Indonesia masih positif. “Aliran modal kita masih lancar,” ujarnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran masuk modal asing hingga akhir Maret mencapai Rp 90 triliun, baik pada saham, surat berharga negara, dan sertifikat BI. Masuknya dana asing tersebut dapat menutupi transaksi berjalan yang defisit.

(Baca: Apindo: Pemerintah Harus Waspadai Peningkatan Impor Jelang Ramadan)

Selain itu, BI juga menilai peningkatan surplus neraca perdagangan pada Maret berdampak positif pada upaya memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan. Selain itu, BI dan pemerintah akan berkoordinasi mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik sehingga dapat memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan.

Reporter: Rizky Alika