Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat persebaran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mulai merata hingga ke luar Jawa dan Bali. Pada 2018, jumlah BPR di Jawa dan Bali mencapai 69 % dan luar kedua wilayah itu 31 %. Sebelumnya, jumlah BPR yang beroperasi di Jawa Bali 80 % dari total lembaga keuangan jenis ini.
"Ini artinya masih banyak terbuka potensi pasar BPR di luar Jawa dan bali," kata Direktur Penelitian dan Pengaturan BPR OJK Ayahandayani dalam Seminar "Peluang Baru BPR dalam Revolusi Industri 4.0" di Jakarta, Jumat (5/4). "Kalau melihat dari sisi persentase, memang sudah terjadi pergeseran ke luar Jawa."
(Baca: Tak Penuhi Modal Inti Minimum, OJK Akan Batasi Aktivitas Seribuan BPR)
Seiring dengan persebaran yang lebih merata tersebut, OJK mencatat penyaluran kredit BPR per Desember 2018 mencapai Rp 98,22 triliun atau tumbuh 9,77 % secara tahunan (year on year/yoy). Sementara, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 91,95 triliun atau tumbuh 8,36 % (yoy).
Meski kredit meningkat, rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) juga mengikuti menjadi 6,37 % dibandingkan 6,15 % pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan, kemampuan perbankan dalam menghasilkan profit atau rasio profitabilitas bank alias return on assets (ROA) mencapai 2,48 % atau turun dari posisi 2,55 % per Desember 2017.
Kemudian, efisiensi perbankan yang tercatat dalam belanja operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) mencapai 80,74 % atau naik 0,30 % secara tahunan. Aya mencatat, pertumbuhan BOPO tersebut lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terjadi lantaran persaingan antara BPR dan teknologi finansial (fintech) semakin meningkat sejak 2016.
(Baca: OJK Dorong Fintech Penyalur Kredit Online Gandeng BPR)
Selain itu, BPR juga harus bersaing dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari pemerintah. "Program KUR itu menjangkau langsung kepada UMKM. Jadi peningkatannya sedikit melandai," ujarnya.
Oleh karena itu, OJK terus mendorong agar BPR dapat berkolaborasi dengan perusahaan fintech, untuk memperluas jangkauan bisnis BPR hingga ke pelosok sekaligus meminimalisasi risiko NPL. Pasalnya BPR memiliki keunggulan dalam mengenali nasabah di wilayah operasionalnya sehingga bisa melakukan manajemen risiko kredit yang lebih baik.