Bank Mandiri Dikabarkan Tawar Bank Permata Senilai Rp 1.200 per Saham

ANTARA FOTO/Reno Esnir
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (tengah) bersama Komisaris Aviliani (kiri), Komisaris Utama Wimboh Santoso (kedua kiri), Direktur Royke Tumilaar (kedua kanan), Direktur Ogi Prastomiyono (kanan) berbincang sebelum membuka Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2017 di Gedung Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Selasa (14/3).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
26/3/2019, 15.41 WIB

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dikabarkan melakukan penawaran saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) senilai Rp 1.115 hingga Rp 1.200 per saham. Mengutip dari Bloomberg, Bank Mandiri melibatkan Morgan Stanley untuk mengkaji rencana akuisisi tersebut.

Menurut sumber Bloomberg, usai menjadi pengendali, Bank Mandiri berencana menggabungkan Bank Permata dengan anak usahanya, yakni PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap). Saat ini, Standard Chartered Bank Plc memegang 44,6 % di Bank Permata. Lalu, 44,6 % saham dikuasai PT Astra International Tbk (ASII) dan sisanya dipegang publik.

Hingga berita ini ditulis, Manajemen Bank Mandiri belum membalas pertanyaan konfirmasi dari Katadata.co.id. Selain itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham Bank Mandiri, juga belum merespons pertanyaan. Padahal, kabar ini sudah muncul sejak awal tahun lalu dan masuk dalam rencana bisnis bank (RBB) 2019.

(Baca: Bank Mandiri Ungkap Kekurangan Penyaluran Pembiayaan Lewat Bukalapak)

Kabarnya, alasan Bank Mandiri mengakuisisi Bank Permata karena ingin menggaet sektor menengah kecilnya. Segmen tersebut nantinya akan dikelola Bank Permata, sementara Bank Mandiri fokus pada pembiayaan untuk BUMN, korporasi, dan payroll.

Meski begitu, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo sempat mengatakan, bahwa perusahaannya tidak berminat mengakuisisi bank kecil. Sebab, perusahaannya sudah mengantongi aset Rp 1.202,3 triliun per akhir 2018. Pembelian bank beraset kecil tidak berdampak signifikan terhadap bisnis perseroan.

(Baca: Bank Mandiri Bantah Rencana Akuisisi Bank Permata)

Pada tahun lalu, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) bank pelat merah ini di level 20,98 %. Tiko, demikian biasa disapa menyampaikan, CAR perseroan yang pas sebesar 16,5 %. Dengan kata lain, modal Mandiri berlebih sekitar Rp 30 triliun hingga Rp 35 triliun.

Nah, dana tersebut akan digunakan untuk membiayai proses akuisisi lembaga jasa keuangan, bisa bank umum atau perusahaan pembiayaan. Tiko memastikan, perusahaannya membidik korporasi yang fokus bisnisnya berbeda dengan Bank Mandiri.

Meski belum ada keterangan resmi, saham Bank Permata naik 9,39 % menjadi Rp 990 per saham hingga pukul 14.42 WIB setelah isu akuisisi ini tersebar. Saham Bank Mandiri pun ikut menguat sebesar 1,38% menjadi Rp 7.325 per saham.

Sebelumnya, Group CEO Standard Chartered Bank Plc Bill Winters mengumumkan rencana perusahaan melepas aset-asetnya di beberapa negara, termasuk Indonesia. Indonesia disebutnya sebagai salah satu pasar yang memberikan imbal hasil rendah selain India, Korea, dan Uni Emirat Arab.

(Baca: Kredit Tumbuh Dobel Digit, Laba Stanchart Indonesia Melejit 371%)

Menurut Winters, aset-aset yang akan dilepas di beberapa negara tersebut merupakan aset non-inti. Langkah ini merupakan bagian dari strategi Stanchart periode 2019-2021 untuk meningkatkan imbal hasil investasinya menjadi lebih dari 10% dari sekitar 5% pada saat ini.

Menurut Financial Times, Stanchart berpeluang mengantongi dana US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun dari penjualan sahamnya di Bank Permata dengan valuasi harga saham di pasar saat ini. Keputusan tersebut juga akan mengurangi aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) Stanchart sekitar US$ 9 miliar atau setara Rp 126 triliun.

Reporter: Ihya Ulum Aldin