Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakatan pertumbuhan kredit industri perbankan nasional tahun ini sebesar 13% pulus-minus 1%, atau antara 12%-14%, seiring dengan meredanya tekanan dari perekonomian global. Target tersebut juga lebih tinggi dari capaian pertumbuhan kredit tahun 2018 sebesar 12,88%.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, target tersebut telah mempertimbangkan tekanan dan ketidakpastian kondisi ekonomi global yang mulai melandai. Dengan berkurangnya tekanan tersebut, maka aliran modal asing masuk bisa semakin deras mengalir ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Adapun meredanya tekanan dari perekonomian global didorong oleh rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed, yang tidak akan seagresif pada 2018. "Tekanan dari The Fed tidak akan seperti 2018. Maka ada tren positif untuk perekonomian domestik.," kata Wimboh saat acara Pertemuan Tahunan OJK, Jakarta, Jumat (11/1).
(Baca: Likuiditas Bank Masih Ketat, LPS Prediksi Bunga Simpanan Akan Naik)
Dengan target pertumbuhan kredit tersebut, OJK memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3%, dengan inflasi terjaga pada level 3,5%. Sementara itu aliran modal asing masuk akan membuat likuiditas industri perbankan yang belakangan tengah mengetat, sedikit longgar. OJK memperkirakan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan akan tumbuh di kisaran 8-10%.
Sementara itu rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) trennya diperkirakan akan berada pada level 2,2%. Namun Wimboh mengatakan, jika kondisi ekonomi domestik semakin baik, NPL diharapkan dapat ditekan hingga di bawah 2%, atau jauh di bawah posisi NPL tahun lalu yang mencapai 2,73%.
Optimisme juga terlihat dari pelaku perbankan yang tercermin dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2019, yang menargetkan ekspansi kredit dan DPK masing-masing sebesar 12,06% dan 11,49%.
Meski optimis, Wimboh memperkirakan tahun ini masih ada akan ada tekanan pada ekonomi domestik yang berasal dari perekonomian global. Namun, tekanan tersebut dipercaya tidak akan seperti tahun 2018. "Ke depan kami melihat masih ada beberapa tekanan, namun sesuai dengan apa yang telah disampaikan, kami optimis industri jasa keuangan dengan kolaborasi dapat menjaga momentum pertumbuhan yang ada," kata Wimboh.
(Baca: Proyeksi Ekonomi 2019: Optimisme Pemerintah vs Pesimisme Lembaga Dunia)