PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) optimis akan menutup tahun buku 2018 dengan pertumbuhan laba bersih hingga dua digit. Salah satu penopangnya adalah penyaluran kredit yang diperkirakan tumbuh 14% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Ini sudah di penghujung tahun, belum selesai, masih ada satu bulan. Pertumbuhan kreditnya kira-kira 14%, sesuai dengan target," kata Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo ketika ditemui di Jakarta, Kamis (6/12).
Pada sampai kuartal III 2018, BRI telah mengantongi laba bersih sebesar Rp 23,5 triliun, tumbuh 14,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 20,5 triliun. Pencapaian laba bersih perseroan ini dipicu oleh pertumbuhan kredit sebesar 16,5% menjadi Rp 808,9 triliun.
(Baca: Bunga Pinjaman Masih Turun, Pertumbuhan Kredit Oktober Melesat 13,1%)
Haru mengungkapkan, penyaluran kredit terbesar masih di segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), hingga kuartal III 2018 kredit UMKM BRI mencapai Rp 621,8 triliun atau 76,8% dari total penyaluran kredit BRI. Sampai akhir tahun ini kredit UMKM BRI diperkirakan akan 15%-16%.
Terkait dengan likuitas perbankan yang ketat, Haru mengungkapkan BRI tidak memiliki masalah likuiditas. Hingga akhir tahun ini posisi loan to deposit ratio (LDR) BRI diperkirakan berada di angka 90%. Ada sejumlah strategi yang disiapkan BRI untuk meningkatkan likuiditas yang ditargetkan di kisaran 88% -90% pada 2019.
"Opsi pertama menerbitkan obligasi. Opsi lainnya yaitu mengumpulkan uang melalui transaksi uang elektronik. Bank BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha) 4 diberikan eksklusivitas untuk mengelola e-money yang dikeluarkan oleh issuer yang lain," terang Haru.
BRI pun terus mengembangkan bisnisnya dengan fokus melayani nasabah di sektor mikro melalui layanan BRIlink miliknya. Menurut Haru, segmen ini masih memiliki peluang yang cukup besar karena masih ada sekitar 40 juta orang yang belum terjamah oleh inklusi keuangan.
(Baca juga: Rasio Likuiditas Capai 94%, OJK Yakin Kredit Bank Masih Lancar)