Pertumbuhan kredit perbankan sepanjang Januari hingga pertengahan Mei tahun ini (year to date) tercatat mencapai 8,8 persen. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan pertumbuhan ini menandakan industri bank sudah beralih dari masa konsolidasi.
Anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan beralihnya industri perbankan, disebabkan naiknya suku bunga acuan. Bank Indonesia (BI) baru saja memutuskan menaikkan suku bunga acuannya BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen.
"Sehingga nanti mereka (perbankan) bisa tumbuh dengan baik," ujarnya di Kompleks Bank Indonesia (BI), Jakarta pada Jumat (18/5). (Baca: Survei Perbankan: Pertumbuhan Kredit Baru Melambat di Kuartal I 2018)
Menurutnya capaian kinerja yang positif di industri perbankan ini tetap akan berkelanjutan. Namun, dia belum bisa memastikan apakah kenaikan suku bunga acuan akan berpengaruh pada rasio kredit macet atau non performing loan (NPL). OJK masih perlu melakukan kajian lebih lanjut.
Jika mempertimbangkan risiko NPL yang rendah, maka bunga kredit yang mungkin dinaikkan terlebih dulu adalah kredit konsumsi Pegawai Negeri Sipil (PNS). "Ter-back up dengan penghasilan tetap atau gaji, pasti itu yang paling mudah dan kecil risikonya," kata Heru.
(Baca: Bunga Acuan Naik, Darmin Minta Bank Tak Cepat Kerek Bunga Kredit)
Heru mengatakan capaian penyaluran kredit perbankan saat ini membuat regulator optimistis hingga akhir tahun bisa mencapai target. Tahun ini penyaluran kredit bank ditetapkan sebesar 10-12 persen. Dari sisi industri, dia juga masih yakin target ini akan tercapai.
Keyakinannya ini didukung kondisi keuangan perbankan. Hingga saat ini belum ada pengajuan revisi soal Rencana Bisnis Bank (RBB) mengenai target pertumbuhan kredit hingga akhir tahun ini. "Belum ada perubahan data," ujar Heru.
Hingga pertengahan bulan Mei ini, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) industri bank tercatat sebesar 22,67 persen. Adapun NPL gross sebesar 2,75 persen, dan NPL net sebesar 1,2 persen.