Pada paruh kedua tahun ini, kinerja perbankan terlihat lebih mengkilap. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) contohnya, mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 24% pada kuartal III-2017 dibandingkan periode sama tahun lalu.  Pencapaian tersebut ditopang oleh pertumbuhan kredit hampir 20%, yang jauh di atas rata-rata industri perbankan, khususnya di segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Direktur Utama BTN Maryono menjelaskan, bank BUMN ini berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2 triliun hingga kuartal III-2017 atau lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,62 triliun. Dengan begitu, dia optimistis target laba bersih sebesar Rp 3,1 triliun tahun ini dapat tercapai.

"Meski tahun ini diwarnai berbagai tantangan global, kami yakin mampu mencapai target yeng telah ditetapkan, didukung berbagai lnovisi dan transformasi, serta kebijakan pemerintah yang proaktif dan memberikan stimulus bagi  perbankan serta properti," ujar Maryono saat konferensi pers kinerja keuangan kuartal III-2017 BTN di kantor pusatnya, Jakarta, Senin (23/10).

Perolehan laba itu ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih (net Interest Income/NII) sebesar 16,95% (year on year/yoy) menjadi Rp 6,54 triliun. Sedangkan beban bunga BTN hanya naik 9,21% atau lebih rendah dibandingkan kuartal III-2016 yang sebesar 12,59%.

(Baca juga: BI Himpun Banyak Data untuk Revisi Aturan Uang Muka Kredit Rumah)

Menurut Maryono, peningkatan kinerja BTN tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 19,95% yoy menjadi Rp 184.5 triliun. Pencapaian tersebut jauh di atas pertumbuhan kredit industri perbankan sebesar 8,3% yoy sampai Agustus 2017.

Kenaikan penyaluran kredit ini disokong kredit perumahan yang menempati porsi sebeser 90,61% dari total kredit. Hingga September 2017, kredit perumahan BTN naik 19,32% yoy menjadi Rp 167,16 triliun. Di segmen ini, KPR subsidi mencetak kenaikan tertinggi sebesar 30.78 persen yoy menjadi Rp 68.34 trlllun.

Sementara itu, kredit konstruksi dan KPR non-subsidi juga tumbuh masing-masing 17,87% dann 12,59%. Adapun, kredit non-perumahan naik 26,44% menjadi Rp 17,33 triliun. Pencapaian ini pun berdampak pada peningkatan aset BTN sebesar 17,56% menjadi Rp 231,93 triliun.

Di sisi lain, kredit seret di BTN mengalami penurunan. "Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) turun dari 3,6% menjadi 3,07%," ujar Maryono.

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) BTN meningkat 13,96% menjadi Rp 168,05 triliun. Peningkatan DPK tersebut didukung kenaikan penghimpunan tabungan sebesar 27.83% menjadi Rp 37,17 trillun dan giro naik 16,65% menjadi Rp 44,51 trillun.

Dengan begitu, BTN berhasil meningkatkan rasio dana murah dari 45,59% pada September 2016 menjadi 48,6% di bulan sama tahun ini. Pendanaan bank ini pun menguat dengan posisi liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 154.56% atau cukup untuk membiayai pertumbuhan kredit.