PT Bank Central Asia Tbk. membukukan laba bersih sebesar Rp 5 triliun pada triwulan I 2017. Jumlah tersebut naik 10,7 persen secara tahunan. Kenaikan laba tersebut sedikit di bawah periode sama tahun lalu yang sebesar 11,1 persen. Perlambatan itu seiring dengan pertumbuhan kredit yang juga melambat dan kredit seret yang meningkat.
Pada akhir Maret 2017, outstanding kredit BCA tercatat sebesar Rp 409 triliun atau tumbuh 9,4 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini lebih lambat dari Maret 2016 yang sebesar 11,4 persen secara tahunan. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan bank terus menyalurkan kredit secara prudent alias hati-hati.
“Dalam triwulan ini, bank terus menjalankan fungsi intermediasi secara prudent serta menawarkan suku bunga kredit yang kompetitif,” kata dia seperti dikutip dalam siaran pers, Kamis (20/4). (Baca juga: Kredit Tumbuh 16 Persen, BRI Raup Laba Kuartal I Rp 6,4 Triliun)
Secara rinci, bank melansir pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit korporasi yang meningkat 17,9 persen secara tahunan menjadi Rp 152,6 triliun. Sementara itu, kredit konsumer tumbuh 9,4 persen menjadi Rp 111,7 triliun, sedangkan kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) naik 1,7 persen menjadi Rp 144,7 triliun.
Adapun, di kategori kredit konsumer, kenaikan paling tinggi terjadi pada outstanding kartu kredit yang tumbuh 10,7 persen menjadi Rp 10,5 triliun. Selanjutnya, kredit pemilikan rumah yang naik 10,4 persen menjadi Rp 66,1 triliun dan kredit kendaraan bermotor yang meningkat 7,3 persen menjadi Rp 35,1 triliun. (Baca juga: Kredit Tumbuh Tinggi di Kuartal I, BTN Raup Laba Rp 594 Miliar)
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross tercatat berada pada level 1,5 persen, meningkat dari posisi Maret 2016 yang sebesar 1,1 persen. Meski demikian, rasio NPL tersebut masih jauh di bawah rata-rata industri perbankan yang sebesar 3 persenan. (Baca juga: Ada Tunggakan Kredit Trikomsel, NPL BNI Naik Jadi 3 Persen)
Seiring dengan peningkatan NPL, bank menaikkan cadangan kerugian kredit menjadi sebesar Rp 12,2 triliun. Dengan demikian, rasio cadangan kredit bermasalah tercatat sebesar 203,3 persen. Padahal, pada periode sama tahun lalu cadangan kredit hanya Rp 989 miliar.
Di sisi lain, permodalan dan likuiditas BCA terpantau tetap kuat. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 23,1 persen dan rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to Funding Ratio/LFR) sebesar 75,1 persen per akhir Maret 2017.
Kuatnya likuiditas bank juga seiring dengan meningkatnya dana nasabah menjadi Rp 535,1 triliun atau tumbuh 13,8 persen secara tahunan, melebihi pertumbuhan kredit bank. Adapun, 75,8 persen dana nasabah merupakan dana murah lantaran tersimpan dalam bentuk giro dan tabungan. Meski begitu, dana mahal yaitu deposito tercatat tumbuh agresif.
Dana tabungan tumbuh 10 persen menjadi Rp 268,3 triliun, sementara dana giro meningkat 16,4 persen menjadi Rp 137,1 triliun. Sedangkan dana deposito melesat 19,4 persen menjadi Rp 129,7 triliun.
“Kami akan memperhatikan posisi likuiditas dan permodalan yang kokoh sementara terus berupaya mempertahankan kualitas kredit. BCA akan memantau secara cermat atas perkembangan makroekonomi dan masing-masing sektor secara individu guna memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang timbul,” tutur Jahja.