Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) kembali merangkak naik ke kisaran 3 persenan sejak awal tahun ini. Padahal, rasionya sempat membaik ke level 2,93 persen pada penutupan tahun lalu. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, kenaikan NPL seiring dengan masih rendahnya kegiatan ekonomi di awal tahun.
Menurut Mirza, rendahnya kegiatan ekonomi membuat penyaluran kredit masih terbatas. Alhasil, rasio NPL dengan mudah terkerek naik. Dalam catatannya, kredit tumbuh negatif 0,7 persen sejak awal tahun. Namun, bila dibandingkan dengan periode sama tahun lalu penyaluran kredit sudah menunjukkan peningkatan.
"Tetapi menurut kami itu memang pola Kuartal I selalu lebih rendah. Biasanya kegiatan ekonomi baru mulai kelihatan di kuartal II dan seterusnya," tutur Mirza di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (7/4). (Baca: OJK Rilis 3 Aturan Antikrisis, 12 Bank Masuk Kategori Sistemik)
Meski NPL naik, ia menuturkan, pencadangan yang disiapkan oleh perbankan mencapai 102-104 persen dari total NPL. Besaran pencadangan ini dinilai cukup untuk mengatasi kenaikan kredit bermasalah. Selain itu, permodalan perbankan juga masih cukup tebal.
"Permodalannya pun sangat cukup, baik Bank Umum Kategori Usaha (BUKU) I sampai IV rata-rata rasio kecukupan modal di atas 20 persen," ujar Mirza.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Haddad mengatakan industri perbankan masih dalam kondisi yang aman. Rasio kecukupan modal, profitabilitas dan likuiditas berada pada level yang baik. Kondisi yang kurang stabil hanya rasio NPL.
Rasio NPL gross tercatat sebesar 3,16 persen dan NPL nett 1,32 persen. Di sisi lain, pertumbuhan kredit sepanjang Maret hanya satu persen. (Baca juga: Bank Permata Terbebani Kredit Macet Garansindo Rp 1,2 Triliun)
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon pun mengakui bahwa dibandingkan tahun lalu, pertumbuhan kredit masih di bawah 10 persen. Ini artinya, di bawah target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun ini yang sebesar 9-12 persen. Namun, dia memperkirakan kredit akan tumbuh double digit pada Semester II 2017.