Kenaikan Bunga The Fed Diramal Tak Picu BI Kerek Bunga Acuan

Arief Kamaludin|KATADATA
14/3/2017, 19.00 WIB

Para ekonom meramalkan Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan bunga acuan, BI 7-Day Repo Rate di level 4,75 persen, dalam rapat bulanan yang digelar pada 15-16 Maret ini. Kemungkinan, BI baru akan bereaksi bila bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan bunga dananya (Fed Fund Rate) secara agresif.

Ekonom Bank Central Asia, David Sumual memprediksi, BI baru akan menaikkan bunga acuan di semester II tahun ini. “Kalau sesuai ekspektasi (Fed Fund Rate naik) dua sampai tiga kali, maksimum tiga kali, saya ekspektasi kenaikan (BI 7-Day Repo Rate) cukup sekali. Kemungkinan baru di semester dua,” ujar David kepada Katadata, Selasa (14/3).

Menurut dia, BI bakal lebih mengutamakan kebijakan likuiditas dibanding kebijakan bunga. “Kecuali kalau The Fed agresif naikkan bunga,” ujarnya. Bila kenaikan Fed Fund Rate sesuai ekspektasi, ia meramalkan, BI 7-Day Repo Rate hanya akan naik 0,25 persen menjadi 5 persen tahun ini.

Petinggi The Fed akan menggelar rapat di Washington D.C., pada 14-15 Maret waktu setempat, untuk memutuskan kebijakan bunga dananya. Ini artinya, BI akan mengumumkan level BI 7-Day Repo Rate setelah The Fed mengumumkan Fed Fund Rate. Adapun, mayoritas pelaku pasar meyakini petinggi The Fed akan menaikkan bunga dana sebesar 0,25 persen ke kisaran 0,75-1 persen dalam rapat tersebut.

David tak menutup kemungkinan bakal adanya tekanan di pasar keuangan bila The Fed menaikkan bunga dananya pekan ini. Tapi, tekanan tersebut diyakininya minim. Sebab, kenaikan tersebut telah diantisipasi pelaku pasar sejak jauh-jauh hari. Di sisi lain, cadangan devisa yang sebesar US$ 119,863 miliar hingga akhir Februari lalu juga telah menambah keyakinan investor dalam menempatkan dananya di dalam negeri. (Baca juga: Bunga The Fed Naik, Gubernur BI Yakin Investor Asing Tak Kabur)

Inflasi di dalam negeri juga diyakini David belum akan memaksa BI untuk segera menaikkan bunga acuan. Ia mengakui inflasi inti (core inflation) sudah menanjak sejak akhir tahun lalu. Kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah (administered prices) juga membebani inflasi. Namun, beban inflasi bisa ditekan sebab kenaikan tarif listrik misalnya, dilakukan saat panen raya.

Kalaupun ada ekspektasi inflasi yang meningkat, ia menilai hal itu sebagai petanda yang baik bagi perekonomian. “Kalau dari sisi ekonomi, kalau misalnya ada ekspektasi inflasi meningkat, berarti ekonomi meningkat. Orang membeli barang dan lain-lain, kalau dosis (inflasi) masih 4-5 persen dosis bagus bagi ekonomi,” ujarnya.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih juga memprediksi BI masih akan menahan BI 7-Day Repo Rate di level 4,75 persen. Penyebabnya, “Ekonomi domestik masih melambat, inflasi relatif aman dan rupiah relatif stabil,” kata dia.

Ia memperkirakan, BI baru akan menaikkan BI 7-Day Repo Rate bila The Fed kembali menaikkan bunga dananya pada Juni atau Juli mendatang. “Yang Maret ini jangan naik dulu,” kata dia. Adapun, tahun ini, ia memperkirakan BI 7-Day Repo Rate berpotensi naik sampai level 5,25 atau 5,5 persen.