Pasca Rencana Rights Issue, Harga Saham BUMI Terus Melorot

Arief Kamaludin|KATADATA
15/2/2017, 11.00 WIB

Atas dasar itulah, BUMI berencana menerbitkan saham baru alias rights issue senilai Rp 35,1 triliun. Seluruh perolehan dana aksi korporasi yang diharapkan dilangsungkan pada paruh pertama tahun ini, untuk membayar kewajiban utangnya.

Meski ditopang oleh setidaknya tiga sentimen positif tersebut, harga saham BUMI cenderung melorot sejak pengumuman rencana rights issue tersebut.

(Baca juga: Mayoritas Saham Grup MNC Anjlok, Terseret Tudingan Antasari?)

Analis Senior dari Bina Artha Securities, Reza Priyambada menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga saham BUMI justru melorot. Sebelumnya, pelaku pasar berasumsi harga saham BUMI bakal melejit hingga mendekati harga rights issue.

“Ada asumsi bisa naik paling tidak ke Rp 700-an. Menurut saya tidak selalu demikian,” katanya kepada Katadata, Selasa (14/2). Sekadar informasi, harga saham baru BUMi itu dipatok sebesar Rp 926 per saham.

Reza menjelaskan, memang ada kemungkinan harga saham BUMI melejit ke level itu, tapi tidak dalam waktu dekat. Sebelum mencapai level itu, saham harus menembus level resistance Rp 600 – Rp 700 dulu. Namun, bilapun menembus level itu, belum tentu akan menembus Rp 900.

“Ada level resistance yang harus diuji,” ujarnya. Bisa jadi harga justru turun dulu, sebelum naik. Pola tersebut tercermin saat ini. "Kayak siklus paus atau lumba-lumba. Setelah muncul di permukaan, ambil nafas, lalu menyelam. Persoalannya, seberapa dalam akan menyelam. Ini lupa dicermati pasar,” ujarnya.

Reza menerangkan, penurunan harga saham BUMI juga disebabkan aksi ambil untung (profit taking). “Pasar kadang lupa pemberitaan positif jadi ajang profit taking,” katanya. Hal ini menjelaskan fenomena melorotnya harga saham BUMI pasca pemegang saham memberikan persetujuan rights issue..

Halaman: