PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sukses menerbitkan surat utang atau obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) alias global bond pada Selasa (5/5). Bank pelat merah ini berhasil meraup dana segar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,56 triliun.
Dalam proses penawarannya, obligasi Bank Mandiri ini kebanjiran peminat dengan mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hampir 5 kali. Total permintaan investor mencapai US$ 2,4 miliar atau sekitar Rp 36,31 triliun.
"Di tengah kondisi pasar global yang tidak pasti, banyaknya minat investor terhadap global bond yang diterbitkan BUMN ini menjadi bukti bahwa Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi menarik di dunia," kata Menteri BUMN Erick Thohir.
Untuk itu, Erick Thohir mendorong kepada BUMN lain untuk terus kreatif dalam mencari pendanaan. Tidak hanya mengandalkan kucuran dana dari perbankan, penerbitan obligasi dalam dolar ini juga patut untuk ditiru.
(Baca: Laba Bersih Melambat, Dividen Bank Mandiri Malah Naik Jadi Rp 16,5 T)
Adapun investor yang paling banyak membeli instrumen surat utang bank pelat merah ini mayoritas berasal dari Asia yakni mencapai 66%. Sisanya adalah investor dari negara-negara di kawasan Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan AS.
Bank Mandiri menawarkan kupon yang menarik pada global bond ini yakni sebesar 4,75% dengan jangka waktu 5 tahun hingga 2025. Kupon ini lebih tinggi dari global bond yang ditawarkan pemerintah pada awal April 2020 yang menawarkan kupon 3,9%.
Sebelumnya, Bank Mandiri mendapat rating Baa2 Stable dari Moody's, BBB- Negative dari S&P dan BBB- Stable dari Fitch.
Langkah Bank Mandiri menerbitkan global bond mengikuti langkah PT Hutama Karya (Persero) yang sehari sebelumnya juga sukses menerbitkan global bond sebesar sebesar US$ 600 juta atau setara Rp 9 triliun. BUMN konstruksi tersebut menawarkan kupon sebesar 3,75%.
Dalam penawarannya, HK mencatat kelebihan permintaan hingga 6 kali dari nilai yang diterbitkan. Adapun Investor yang melakukan pembelian global bond berasal dari Asia (42%), Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (30%), dan Amerika Serikat (28%).
(Baca: Persaingan Makin Ketat, Bank Mandiri Target Kredit Hanya Tumbuh 10%)