Likuiditas Aman Jadi Alasan Leasing Tak Rilis Obligasi pada Kuartal I

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, uang rupiah. Sejumlah perusahaan pembiayaan menyatakan tidak merilis obligasi sepanjang kuartal I 2020 karena posisi likuiditas masih kuat.
12/5/2020, 15.28 WIB

Instrumen obligasi sebagai alternatif penguatan likuiditas tampaknya tak lagi dilirik oleh perusahaan pembiayaan. Hal ini terlihat dari penerbitan obligasi sektor pembiayaan yang tergolong rendah sepanjang kuartal I 2020.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat, sepanjang kuartal I 2020 penerbitan obligasi oleh perusahaan pembiayaan tercatat sebesar Rp 400 miliar, turun 94,6% dibandingkan kuartal I 2019, yang sebesar Rp 7,41 triliun.

Beberapa perusahaan pembiayaan menyatakan, kondisi likuiditas yang masih bagus menjadi alasan perusahaan tak merilis obligasi pada kuartal I 2020. PT BCA Finance misalnya, tidak menerbitkan obligasi berdasarkan pertimbangan likuiditas yang masih aman.

"Tahun ini BCA Finance tidak akan merilis obligasi, karena likuiditas masih bagus. Meski bisnis pembiayaan sedang tertekan pandemi virus corona, posisi kas masih kuat untuk menopang likuiditas," kata Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim, kepada Katadata.co.id, Selasa (12/5).

Selain itu, untuk memperkuat likuiditas ke depan BCA Finance akan lebih mengandalkan pinjaman bank. Anak usaha PT Bank Central Asia Tbk (BCA) ini, masih memiliki plafon pinjaman bank sekitar Rp 2 triliun.

Kondisi serupa juga dirasakan oleh PT Mandiri Tunas Finance (MTF), yang masih yakin terhadap kemampuan likuiditasnya saat ini. Sehingga, sepanjang kuartal I dan kuartal II tahun ini, tidak menerbitkan obligasi.

(Baca: Multifinance Pangkas Target Pembiayaan Baru Akibat Pandemi Corona)

Direktur Keuangan MTF Armendra menjelaskan, likuiditas perusahaan saat ini masih cukup kuat untuk menopang kinerja, meski harus melakukan restrukturisasi bagi nasabah yang terdampak pandemi corona.

Likuiditas MTF yang dikatakan cukup kuat ini tergambar dari posisi kas perusahaan, yang per 31 Desember 2019 tercatat sebesar Rp 421,53 miliar, naik 65,3% dibanding posisi kas tahun 2018.

Halaman:
Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah