Bisnis dan Konsumsi Lesu, Kredit Perbankan Minus 2,7% pada Desember

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras.
Proyek pembangunan gedung bertingkat di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (2/1/2021).
22/1/2021, 14.50 WIB

Bank Indonesia melaporkan penyaluran kredit perbankan pada Desember 2020 sebesar Rp 5.482,5 triliun atau minus 2,7% secara tahunan.  pada Desember 2020. Nilai ini juga menurun dari minus 1,7% pada November 2020. Penyebabnya, penurunan kredit kepada debitur korporasi dan perlambatan kredit perorangan.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan kredit kepada korporasi turun dari negatif 3,4% secara tahunan pada November 2020 menjadi minus 5,1% pada Desember 2020. "Sementara itu, penyaluran kredit pada debitur perorangan melambat dari 0,7% menjadi 0,5% pada bulan laporan," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (22/1).

Berdasarkan jenis penggunaannya, penurunan kredit dipengaruhi oleh kredit investasi (KI), kredit konsumsi (KK), serta kredit modal kerja (KMK) yang terkontraksi lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya. Kredit investasi terkontraksi 1% pada Desember 2020, berbalik arah dibandingkan bulan sebelumnya yang masih tumbuh 0,2%. Penurunan kredit terutama pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sektor konstruksi.

Kredit investasi sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mengalami kontraksi lebih dalam dari 0,5% menjadi negatif 1,9%, terutama kredit yang disalurkan untuk subsektor perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah. Sedangkan kredit investasi sektor konstruksi pada Desember 2020 tumbuh sebesar 13,3%, melambat dibandingkan bulan sebelumnya 19,1%, khususnya pada bangunan jalan tol di DKI Jakarta dan Lampung.

Kredit modal kerja masih melanjutkan pertumbuhan negatifnya dari 3,8% pada November menjadi minus 4,9% pada Desember 2020, terutama di sektor industri pengolahan serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan. Kredit modal kerja sektor industri pengolahan pada Desember 2020 tumbuh negatif 8,4%, lebih dalam dari bulan sebelumnya yang terkontraksi 4%. Penurunan tersebut terutama terjadi pada Industri Pupuk di Jawa Timur dan Sumatera Selatan.

Sedangkan, kredit modal kerja sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan juga tumbuh negatif 9,3%, lebih dalam dari pertumbuhan negatif pada November 2020 sebesar 7,6%, terutama bersumber dari menurunnya realisasi kredit modal kerja subsektor perantara keuangan lainnya (nonbank) leasing di Banten dan Sulawesi Utara.

Pertumbuhan kredit konsumsi masih terkontraksi dari 0,2% menjadi minus 0,7%, disebabkan oleh menurunnya Kredit Perumahan Rakyat (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Multi Guna (KMG).

Sejalan dengan tren penurunan kredit, penyaluran kredit sektor properti pada Desember 2020 sedikit melambat dari 3,7% pada November 2020 menjadi 3,6% pada Desember 2020, terutama kredit KPR/KPA serta kredit real estate. Pertumbuhan kredit KPR/KPA tercatat melambat dari 3,6% menjadi 3,4% pada bulan laporan terutama didorong oleh perlambatan KPR tipe 22 sampai 70 di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Sementara itu, kredit real estate melambat dari 4,3% menjadi 2,1% terutama pada gedung perkantoran di DKI Jakarta dan Banten. Di sisi lain, kredit konstruksi meningkat dari 3,6% menjadi 4,5% terutama pada kredit modal kerja untuk konstruksi gedung industri.

Lebih lanjut, kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mencatat penurunan yang lebih dalam dari 2% menjadi minus 2,2% terutama pada skala usaha mikro. Di sisi lain, kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menunjukkan peningkatan, masing- masing sebesar 3,5% dan 0,5% pada Desember 2020, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,1% dan 1,6%. Berdasarkan jenis penggunaannya, penurunan kredit UMKM terutama disebabkan oleh jenis penggunaan investasi.

Bank sentral turut mencatat suku bunga kredit dan simpanan pada Desember 2020 mengalami penurunan seiring tren turunnya suku bunga acuan. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 9,67% pada Desember 2020, turun 8 basis poin dibandingkan 9,75% pada bulan sebelumnya.

Demikian pula rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka yang menurun pada seluruh jenis tenornya. Suku bunga simpanan berjangka tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, serta 24 bulan menurun dari masing-masing 4,48%, 4,56%, 5,29%, 5,79% dan 6,73% pada November 2020 menjadi 4,25%, 4,38%, 5,11%, 5,69%, dan 6,41% pada Desember 2020.



Kepala Ekonom PermataBank Josua Pardede memperkirakan permintaan kredit belum akan terdorong pada kuartal I 2021 seiring belum signifikannya pemulihan ekonomi domestik pada periode tersebut. "Meskipun pemerintah akan memulai program vaksinasi pada awal tahun 2021 ini," ujar Josua kepada Katadata.co.id, Jumat (22/1).

Adapun pemulihan konsumsi masyarakat masih akan cenderung terbatas. Pemulihan konsumsi yang masih lambat berimplikasi pada pemulihan sisi produksi yang belum cukup signifikan.

Berdasarkan trennya, kredit dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi sehingga bila pertumbuhan ekonomi masih stagnan maka tingkat pertumbuhan kredit pun akan mengikuti. Dengan demikian ia memproyeksikan pertumbuhan kredit masih terkontraksi pada kuartal pertama tahun ini.

Di sisi lain, likuiditas perbankan diperkirakan masih akan tetap ample pada awal tahun ini dengan masih terhambatnya aktivitas ekonomi. Apalagi, mengingat korporasi serta masyarakat kelas menengah dan atas masih akan menyimpan dananya di perbankan.

Kendati demikian, potensi peningkatan permintaan kredit akan mulai terjadi paling cepat pada kuartal III 2021 dan berlanjut hingga akhir tahun. Oleh sebab itu, pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2021 diperkirakan membaik ke kisaran 3-4%. "Maka diharapkan akan mendorong peningkatan kinerja perbankan terutama pendapatan bunga bersih dan profitabilitas perbankan," kata Josua.

Reporter: Agatha Olivia Victoria