Perjalanan R.A. Kartini dalam Rupiah

ANTARA FOTO/Maulana Surya/aww.
Ilustrasi. Raden Ajeng Kartini telah dua kali diabadikan dalam mata uang rupiah.
Penulis: Agustiyanti
21/4/2021, 19.51 WIB

Bank Indonesia mencatat potret pahlawan wanita Raden Ajeng Kartini telah dua kali diabadikan dalam mata uang rupiah. Kartini muncul dalam uang pecahan Rp 5 pada 1954 dan Rp 10 ribu pada 1985.

Mengutip laman BI, uang pecahan Rp 5 yang menampilkan Kartini adalah uang rupiah seri tokoh dan kebudayaan. Seri uang yang pertama kali dicetak oleh Bank Indonesia.

Sebenarnya uang ini telah disiapkan sejak 1952. Saat itu, BI sedang mempersiapkan kelahirannya setelah menasionalisasi De Javasche Bank (DJB) pada 1951.

Lantaran Undang-Undang tentang BI baru lahir pada 1953, maka uang kertas emisi 1952 tersebut baru resmi dikeluarkan pada 2 Juli 1953. Masa penggunaannya sekitar sembilan tahun. BI menarik uang pecahan tersebut pada 1961.

Gambar Kartini kembali muncul di bagian depan uang kertas nominal Rp 10 ribu tahun emisi 1985. Uang ini beredar 10 tahun dan ditarik pada 1995.

Kartini menjadi inspirasi bagi kaum perempuan. Ia tidak berada di garis depan mengangkat senjata seperti Cut Nyak Dien dan Laksamana Malahayati melawan penjajah. Ia juga tak tampil di mimbar umum memimpin dan mengorganisasi massa.
Perempuan kelahiran 21 April 1879 ini dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan.

Di masanya, Kartini muncul dengan semangat baru, yakni semangat kebebasan, kesetaraan, modernisasi, dan anti-feodalisme. Pikiran-pikirannya yang ia tuliskan lewat surat-surat, mencoba mengimajinasikan dan mendefinisikan apa yang kemudian menjadi Indonesia.

Kumpulan surat Kartini lalu diterbitkan di Belanda dalam bentuk buku dengan judul Door Duisternis Tot Licht dan diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Buku inilah yang menjadi bacaan wajib aktivis pergerakan kala itu sekaligus turut membuka keasadaran nasional di kalangan pelajar pribumi.

Selain Kartini, ada empat pahlawan perempuan lain yang masih pernah diabadikan dalam rupiah. Mereka adalah Cut Nyak Meutia, Cut Nyak Dien, Martha Christina Tiahahu, dan Dewi Sartika.

Potret Cut Nyak Meutia pertama kali digunakan pada uang Rp 1.000 dan Rp 5.000 tahun emisi 1992 dalam bentuk tanda air (watermark). Kedua nominal tersebut ditarik pada 2006.

Selain itu potret Cut Nyak Meutia juga terlihat di nominal yang sama pada 2000, 2001, dan 2006. Pada 2016, potret Cut Nyak Meutia baru dimunculkan sebagai gambar depan pada nominal Rp 1.000 yang hingga kini masih beredar.

Sementara Cut Nyak Dien, Martha Christina Tiahahu, dan Dewi Sartika hanya pernah muncul sekali di uang kertas rupiah. Cut Nyak Dien muncul pada uang pecahan Rp 10 ribu yang diluncurkan pada 1998. Uang ini beredar selama 10 tahun dan ditarik pada 2008.

Martha Christina Tiahahu muncul di uang pecahan Rp 5.000 tahun emisi 1985 yang ditarik pada 1985. Sedangkan Dewi Sartika muncul pada uang pecahan dengan nominal yang sama tahun emisi 1982 yang ditarik peredarannya pada 1992.