PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 6,86 triliun pada kuartal I 2021. Nominal itu menurun 16% dari raihan periode yang sama tahun lalu Rp 8,17 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan, kendati terjadi penurunan laba bersih, jumlah aset perseroan pada kuartal pertama tahun ini tumbuh positif 3,8% menjadi Rp 1.411 triliun dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 1.358 triliun.
"Dari sisi pembiayaan, BRI telah menyalurkan kredit Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM) sebesar Rp 736,8 triliun, sementara non-UMKM Rp 177,39 triliun," ujarnya dalam paparan publik, Selasa (25/5).
Porsi kredit UMKM BRI tercatat 80,6% dari seluruh penyaluran kredit BRI. Perusahaan menargetkan porsi kredit meningkat menjadi 85% pada tahun ini.
Margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) BRI tercatat 6,82% atau turun dari 6,59%. Di sisi lain, rasio kredit macet atau Non-perfoarming Loan (NPL) berada di level 3,16%.
"Terhadap NPL kami juga cadangkan biaya pencadangan mencapai 250,6% atau Rp 73 triliun jika terjadi pemburukan kualitas aktiva. Saya berharap akhir tahun ini tidak akan setinggi 2020 karena ekonomi akan lebih baik," ujarnya.
Dari sisi liabilitas, BRI mengumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 1.049,23 triliun atau tumbuh 1,97% Year on Year (YoY). Dana Pihak Ketiga terdiri dari, tabungan Rp 443,87 triliun, giro Rp 174,33 triliun, dan deposito Rp 431,12 triliun.
Peningkatan performa DPK juga memperbaiki kinerja pendanaan, termasuk dana murah. "Sebelumnya 55,9%, akhir Maret ini jadi 58,91%," katanya.
Sunarso mangatakan, pihaknya sengaja menjaga pertumbuhan DPK hanya di level 1,9%. Pasalnya, tak akan ada gunanya mencari dana terlalu banyak jika tidak bisa disalurkan menjadi kredit.
Pada akhirnya, hal itu yang membuat rasio pembiayaan terhadap dana atau Loan to Deposit Ratio (LDR) perusahaan hanya berada di level 87,12%. Sementara itu, rasio kecukupan modal atau Capital Adequecy Ratio (CAR) BRI di level 19,74% dari semula 18,23%.
"Rasio keduanya berada di level yang ideal. Namun tantangannya bukan mencari likuiditas tapi bagaimana menumbuhkan kredit. Saya inginnya LDR 90% idealnya," kata Sunarso.
Ke depan, Sunarso berkomitmen terus berperan mendukung pemerintah memulihkan ekonomi nasional. BRI akan terus menjadi mitra pemerintah untuk menyalurkan berbagai bantuan dan stimulus untuk mendorong konsumsi.
"Hal yang paling elastis (untuk meningkatkan kredit) adalah konsumsi rumah tangga dan peningkatan daya beli. Maka kami berupaya tingkatkan dengan ikut membantu pemerintah," ujarnya.