Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyampaikan telah memberi dukungan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui lima aspek. Hal itu dilakukan untuk terus mendorong pertumbuhan usaha rakyat demi menopang ekonomi Indonesia.
"Kementerian BUMN bersama BUMN-nya sangat dekat dengan UMKM. Kami mendukung UMKM melalui lima area," kata Staf Ahli Bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementerian BUMN Loto Srinaita Ginting dalam webinar, Rabu (4/8).
Ia mengatakan, dukungan pertama yang diberikan oleh Kementerian BUMN adalah melakukan pembinaan, pelatihan, dan pendampingan agar UMKM naik kelas. Pasalnya, pelaku usaha kelas mikro memiliki banyak keterbatasan dibandingkan pelaku usaha yang kelasnya lebih tinggi.
"Kami ingin mendorong supaya UMKM naik kelas dari mikro ke kecil, dari kecil ke menengah, dan menengah ke kelas besar," kata Loto.
Dukungan berikutnya adalah, dari sektor pembiayaan, termasuk penyediaan fasilitas penjaminan maupun penyediaan jasa asuransi yang semuanya disediakan oleh BUMN. Bank milik negara, menyalurkan kredit usaha rakyat dengan nilai yang paling besar.
"Ada juga bentuk-bentuk pembiayaan komersial atau pembiayaan ultra mikro yang disediakan melalui jasa yang disediakan oleh BUMN," kata Loto menambahkan.
Dukungan ketiga yang diberikan kepada UMKM adalah dalam penyediaan sarana dan prasarana produksi. Selain itu, BUMN juga membentuk keberpihakan sebagai offtaker atau pembeli produk UMKM.
Kementerian BUMN juga banyak melakukan kurasi maupun mendukung pemasaran produk UMKM, baik secara offline maupun online. Hal ini dinilai sangat bermanfaat bagi pelaku UMKM dan menjadi salah satu bentuk dukungan kepada UMKM.
"Dukungan terakhir, BUMN turut mendukung distribusi dan logistik produk UMKM ke seluruh wilayah Indonesia," kata Loto.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Catur Budi Harto mengatakan, keberadaan UMKM penting karena menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian UMKM, ada lebih dari 60 juta pelaku UMKM yang artinya hampir 99% dari pelaku usaha. Kontribusi pada produk domestik bruto juga mencapai sekitar itu 60%. Porsi kredit BRI ke UMKM sekitar 80% atau hampir Rp 750 triliun dari porsi kredit BRI.
"Apapun ceritanya, UMKM memang sesuatu bagi BRI, adalah darahnya BRI," kata Catur.
Pada masa pandemi Covid-19, BRI langsung melakukan diagnosa dan melakukan penyelamatan kepada pelaku UMKM melalui program restrukturisasi. Lalu, BRI melakukan lagi diagnosis kebutuhan masing-masing pelaku UMKM.
"Ada yang butuh diringankan bunga, ada yang dijadwalkan ulang (pembayarannya), ada yang ditambah kreditnya. Ini sesuatu kebutuhan mereka," ujar Catur.