Laba Perusahaan Pembiayaan SMF Naik 27% saat Penyalurannya Turun

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.
Pekerja menyelesaikan pembangunan rumah bersubsidi di Bogor, Jawa Barat, Kamis (18/2/2021). PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi dengan skema bantuan pembiayaan perumahan berbasis tabungan (BP2BT).
5/8/2021, 16.28 WIB

Perusahaan penyalur kredit perumahan PT Sarana Multigriya Finansial atau SMF membukukan kenaikan laba 27,58% menjadi Rp 310 miliar sepanjang Semester I-2021. Capaian tersebut tumbuh dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 243 miliar.

Adapun untuk pendapatan perusahaan periode Januari-Juni 2021 tumbuh 7,22% menjadi Rp 1,2 triliun. Itu turut didukung pertumbuhan aset SMF sebanyak 8,97% menjadi Rp 31,95 triliun dibandingkan capaian Rp 29,32 triliun tahun lalu.

Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengatakan kinerja perusahaan tetap tumbuh melalui penyaluran pinjaman atau pembiayaan kepada Lembaga Penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR), serta pendapatan usaha.

“Kami tengah mengoptimalkan peran dan fungsi sebagai fiscal tools pemerintah untuk mendorong industri perumahan dari sisi supply maupun demand,”kata Ananta dalam paparan kinerja perusahaan secara virtual, Kamis (5/8).

Sementara itu SMF harus membukukan penurunan penyaluran pembiayaan kepada KPR 12,8% sepanjang semester I-2021. Periode yang sama tahun lalu perusahaan mampu menyalurkan pinjaman hingga Rp 4,22 juta, sedangkan tahun ini baru Rp 3,66 triliun.

Direktur SMF Heliantopo menjelaskan penurunan penyaluran pinjaman tidak bisa dikaitkan dengan tren pembiayaan perumahan yang turun. Menurut dia, ada banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kondisi likuiditas lembaga penyalur KPR seperti perbankan. Saat ini likuiditas bank cukup baik dengan rasio FDR dan LDR rendah,

“Sehingga kebutuhan untuk melakukan refinancing ke SMF saat ini belum begitu besar,” kata Heliantopo

Selain itu, pendanaan dalam bentuk penerbitan surat utang dan pinjaman lainnya di semester I-2021 juga mencatatkan penurunan sebanyak 36,53% dari Rp 5,18 triliun menjadi Rp 3,3 triliun. Di mana, total penerbitan surat utang atau obligasi berkontribusi sekitar Rp 2 triliun.

SMF melakukan penerbitan surat utang melalui Penawaran Umum Berkelanjutan V Tahap V Tahun 2021 sebesar Rp 1,9 triliun sepanjang semester I-2021. Perusahaan juga menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap III Tahun 2021 sebesar Rp 100 miliar.

Penerbitan obligasi dilakukan SMF sebagai upaya perusahaan dalam memenuhi perannya sebagai penyedia likuiditas jangka panjang bagi penyalur KPR. Harapannya ke depan perusahaan mampu mendukung ketersediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat.

Total dana yang telah dialirkan SMF sepanjang semester I-2021 telah membiayai 1,13 juta debitur KPR yang terdiri dari 62,12% pembiayaan, 16,45% KPR FLPP, 21,3% sekuritisasi dan 0,13% pembelian KPR.

Terkait sekuritisasi, sejak 2009 hingga Juni 2021 perusahaan telah berhasil memfasilitasi 14 kali transaksi. Adapun dengan total nilai akumulatif mencapai Rp 12,78 triliun.

Tahun ini SMF berencana menerbitkan kembali Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) sampai dengan Rp 1 triliun dengan target rating AAA. EBA-SP tersebut memiliki underlying kumpulan tagihan KPR yang memenuhi 32 kriteria seleksi sehingga aman bagi investor.

“Kita belum putuskan kapan sekuritisasi, tapi dananya akan kami gunakan untuk penyaluran KPR kembali,” ujar Heliantopo.

Selain EBA-SP, SMF juga memiliki produk investasi fixed income yang diperuntukan bagi investor retail yakni EBA Ritel. Produk investasi tersebut diklaim memiliki kupon menarik dan rating idAAA.

Penyumbang bahan: Nada Naurah (magang)