Rencana PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) untuk memecah nominal sahamnya (stock split) mendapat restu dari pemegang saham. Hal itu diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) bank milik Grup Djarum tersebut pada Kamis (23/9).
Hasil rapat memberikan persetujuan atas aksi korporasi untuk stock split dengan rasio 1:5. Artinya, 1 saham yang ada saat ini dipecah menjadi 5 saham baru.
Nilai nominal per saham BBCA saat ini adalah Rp 62,5, sedangkan nilai nominal per saham BBCA setelah stock split akan menjadi sebesar Rp12,5. Sebagai informasi. Harga saham BBCA saat ini berkisar Rp 32.000 per saham. Artinya, harga saham BCA setelah stock split menjadi Rp 6.400 per saham.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, rencana ini berjalan setelah manajemen BCA mencermati perkembangan pasar modal Indonesia, serta meningkatnya minat investor ritel untuk berinvestasi di Bursa Efek Indonesia.
"Kami melihat bahwa investor ritel termasuk investor muda di pasar modal Indonesia memiliki ketertarikan yang kuat untuk berinvestasi saham BBCA," kata Jahja dalam siaran pers yang didapat Katadata.co.id setelah RUPSLB.
Jahja berharap dengan adanya aksi korporasi ini, harga saham BCA dapat lebih terjangkau oleh investor retail. Aksi korporasi pemecahan saham tersebut dilandasi juga oleh komitmen BCA dalam mendukung perkembangan pasar modal Indonesia.
Proses stock split mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku. Setelah mendapat persetujuan pemegang saham melalui RUPSLB, BCA akan berkoordinasi dengan otoritas terkait untuk memproses stock split yang diperkirakan akan selesai pada Oktober 2021.
BCA membukukan laba bersih Rp 14,5 triliun sepanjang semester pertama 2021. Keuntungan bank milik Grup Djarum tersebut melonjak 18,1 % dibanding periode sama tahun lalu Rp 12,28 triliun.
Jahja mengatakan, kenaikan signifikan laba bersih pada enam bulan pertama 2021 karena basis perbandingan laba bersih yang lebih rendah pada semester satu 2020. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya tingkat biaya kredit atau cost of credit saat awal pandemi Covid-19 pada triwulan kedua tahun lalu.
Biaya cadangan pada semester pertama 2020 tercatat 32,4%, lebih besar dibandingkan periode sama tahun ini. Emiten berkode BBCA ini membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih sebesar 3,8% dari sekitar Rp 27,26 triliun menjadi Rp 28,3 triliun pada semester satu 2021. Di sisi lain, pendapatan non-bunga turun 1,2% dari sekitar Rp 10,32 triliun menjadi Rp 10,2 triliun.