Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ditutup menguat 0,9% ke Rp 36.600 per saham pada perdagangan Selasa (12/10), nyaris memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa Rp 36.725 per saham pada 11 Januari 2021. Perdagangan hari ini menjadi yang terakhir sebelum bank milik Djarum tersebut memecah nominal saham (stock split).
Berdasarkan data Bursa, saham BCA hari ini ditransaksikan dengan volume 18,21 juta unit saham dan dengan frekuensi 13.842 kali. Nilai transaksi pada perdagangan saham ini mencapai Rp 664,43 miliar. Investor asing tercatat melakukan pembelian dengan nilai bersih Rp 136,74 miliar di seluruh pasar.
Berkat kenaikan harga saham BCA hari ini, nilai kapitalisasi pasarnya menembus Rp 902,37 triliun, nilai kapitalisasi pasar tertinggi di pasar modal Tanah Air. Kapitalisasi pasar BCA punya bobot mencapai 11,3% dari total kapitalisasi seluruh emiten per hari ini Rp 7.982 triliun.
Seperti diketahui, harga saham BCA setelah melewati rekor tertinggi sepanjang masa pada 11 Januari 2021, justru mengalami tren penurunan. Saham BCA sempat ditutup dengan harga Rp 29.800 per saham pada 2 Agustus 2021, terendah sepanjang tahun ini. Dibanding harga tertinggi, saham BCA turun 18,86%.
Memasuki Agustus, harga saham BCA langsung bangkit hingga puncaknya pada hari ini. Jika harga penutupan hari ini dibandingkan harga terendah sepanjang tahun ini, harga saham BCA sudah menguat 22,82%.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya mengatakan, secara umum kenaikan saham perbankan sejalan dengan momentum pertumbuhan laba bersih bank, meskipun PPKM masih ketat pada Agustus. Penyaluran kredit pada Agustus tumbuh 0,4% secara bulanan dan 1,2% secara tahunan.
"Pertumbuhan terutama terkonsentrasi pada pinjaman kepada konsumen dan modal kerja," kata Hariyanto.
Pertumbuhan kredit BCA berada di atas pasar. Berdasarkan laporan bulanan, per Agustus 2021, BCA menyalurkan kredit Rp 587,15 triliun atau tumbuh 2,95% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 570,35 triliun. Sementara itu, kredit BCA tumbuh 0,7% dari Rp 583,05 triliun dibandingkan dengan posisi Juli 2021.
Dari sisi profitabilitas, BCA membukukan laba bersih Rp 20,02 triliun hingga Agustus 2021. Pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih BCA hanya Rp 18,52 triliun. Artinya secara tahunan laba bersih BCA tumbuh 8,1%.
Rencana stock split ini sudah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Kamis (23/9). Rasio stock split 1:5, yang artinya satu saham yang ada saat ini dipecah menjadi lima saham baru.
Nilai nominal per saham BBCA saat ini adalah Rp 62,5, sedangkan nilai nominal per saham BBCA setelah stock split akan menjadi Rp12,5.
Berdasarkan jadwal, perdagangan saham dengan nilai nominal lama di pasar reguler dan pasar negosiasi akan berakhir pada 12 Oktober 2021.
Selanjutnya, awal perdagangan saham dengan nilai baru dilakukan pada 13 Oktober 2021, sedangkan penentuan pemegang saham yang berhak atas hasil stock split atau recording date berlangsung 14 Oktober 2021.
Saham dengan nilai nominal baru hasil stock split didistribusikan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) kepada pemegang saham pada 15 Oktober 2021. Kemudian, awal perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar tunai dilakukan pada 15 Oktober 2021.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan pihaknya telah berkoordinasi dan mendapat persetujuan dari regulator untuk mewujudkan rencana stock split tersebut.
"Dengan harga baru, kami berharap saham BBCA dapat diserap oleh para investor, terutama investor ritel yang sudah menantikan kesempatan ini," ujar Jahja dalam keterangan tertulis, Kamis (8/10).
Mengamati perkembangan pasar modal Indonesia dan meningkatnya jumlah investor, menurut Jahja, aksi stock split ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pasar modal Indonesia. Hal ini sesuai komitmen perusahaan sejak awal melantai di BEI.