IHSG Diprediksi Tembus 7.000, Tiga Sektor Saham Layak Dikoleksi

Pexels
Ilustrasi perdagangan bursa
Penulis: Lavinda
10/2/2022, 15.08 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menembus level 7.000 pada Februari 2022 ini. Perburuan investor atas saham perbankan, yang membukukan kinerja keuangan di atas ekspektasi, dianggap akan membawa indeks saham melesat ke level tertinggi pada dua bulan pertama tahun ini.

Martha Christina, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan, IHSG mencetak rekor terbaru di level 6805 pada pekan kedua Februari. Ini didukung oleh pembelian bersih investor asing yang telah mencapai Rp 12,5 triliun sejak awal 2022.

“Setelah bergerak di kisaran terbatas pada Desember 2021 dan Januari 2022, yakni masing-masing naik 0,7% dan 0,8% secara bulanan, secara teknikal kami perkirakan IHSG akan mampu menembus level 7.000 pada Februari ini," ujar Martha dalam acara Mirae Asset Media Day, Kamis (10/2).

Menurut dia, pergerakan IHSG akan dipengaruhi ancaman gelombang ketiga Covid-19 dan perekonomian Indonesia, seiring upaya pemerintah untuk menjaga kestabilan ekonomi.

Pada Februari, menurut Martha, pelaku pasar akan disibukkan oleh rilis kinerja perusahaan tahun 2021. “Kami merekomendasikan tiga sektor yang dapat dipertimbangkan sebagai pilihan," katanya.

Pertama, Mirae merekomendasikan sektor perbankan, dengan saham pilihan BBNI, BBRI, BMRI dan BBCA. Kedua, sektor energi, dengan saham pilihan ITMG, PGAS dan PTBA. Ketiga, sektor konstruksi dengan emiten pilihan WSKT, PTPP dan WEGE.

"Selain itu, didukung ekspektasi kinerja keuangan yang baik, kami juga menambahkan saham SMDR, ISSP dan AUTO sebagai pilihan," ujar Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas.

Nafan menjelaskan sektor perbankan menjadi pilihan seiring dengan pemulihan ekonomi Indonesia yang akan memacu pertumbuhan kredit.

Menurut dia, perbaikan ekonomi juga akan mendukung sektor konstruksi merealisasikan kontrak dan target kontrak baru tahun ini. Sementara itu, penaikan produksi dan harga jual batu bara akan membuat emiten pertambangan batu bara membukukan pertumbuhan laba yang positif.

Ekonomi Indonesia Hadapi Tantangan

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Darmawan Junaidi menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan menghadapi beberapa tantangan, meski faktor pendorong ekonomi mulai menunjukkan sedikit perbaikan tahun ini. 

Salah satu faktor pendorong ekonomi Indonesia ialah dampak pengurangan stimulus moneter bank sentral Amerika Serikat atau tapering off Federal Reserve yang akan diikuti oleh meningkatnya suku bunga. Selain itu, varian Covid-19 Omicron yang saat ini menyebar secara masif di seluruh dunia juga menjadi salah satu tantangan yang harus diwaspadai.

Di Indonesia, pada Selasa (8/2) kasus Covid-19 bertambah 37.492 atau naik 43,5% dibandingkan sehari sebelumnya. Dengan tambahan kasus tersebut, maka total kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia mencapai 4.580.093 orang.

Oleh karena itu, Darmawan mengatakan, perlu tindakan ofensif untuk mengantisipasi gelombang berikutnya. Ia menilai, sektor kesehatan memainkan peranan penting dalam pemulihan ekonomi bersama dengan program vaksinasi yang terus dijalankan. 

"Reformasi di sektor kesehatan harus menjadi agenda utama, untuk meningkatkan resiliensi atau ketangguhan perekonomian di masa mendatang," kata Darmawan dalam acara Mandiri Investment Forum 2022, Rabu (9/2).

Hhal lain yang juga harus menjadi perhatian yakni, meningkatnya permintaan global yang mengancam kapasitas pemasok global dan menaikkan harga komoditas. Hambatan pasokan ini menahan pertumbuhan dan menciptakan tekanan inflasi, sehingga mempengaruhi kebijakan bank sentral utama.

Memasuki tahun ketiga pandemi Covid-19, ia menyebut pemulihan ekonomi global terus berlanjut. Namun, laju pemulihan di setiap negara akan berbeda di tengah ketidakpastian dalam kondisi pandemi saat ini.

Di sisi lain, pandemi Covid-19 telah membangkitkan kesadaran masyarakat kait dengan perlunya hidup yang lebih sehat dan lebih bersih.

Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan perhatian masyarakat terhadap environmental, social dan governance (ESG) atau lingkungan sosial dan tata kelola, serta peningkatan upaya di seluruh dunia dalam mencari solusi untuk isu-isu terkait perubahan iklim.

“Di masa mendatang, kita harus bersikap lebih luwes, adaptif, dan menciptakan strategi bagaimana kita bisa berkontribusi pada peningkatan komitmen untuk mengurangi emisi karbon,” kata dia.

Selain itu, selama pandemi, digitalisasi disebut memainkan peran utama dan membantu masyatakat dalam menavigasi kehidupan. Perilaku konsumen yang menjadi semakin digital menciptakan permintaan terhadap produk-produk digital dan juga layanan keuangan digital, yang bergerak menuju aksesibilitas, kenyamanan dan keamanan.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi