Bank Indonesia memperkirakan nilai transaksi melalui layanan perbankan digital pada tahun ini bisa tembus Rp 51.000 triliun. Pemerintah bersama bank sentral mendorong akselerasi sistem pembayaran melalui layanan digital melalui digitalisasi sejumlah program pemerintah, termasuk untuk penyaluran bansos.
Perbankan digital atau digital banking merupakan layanan atau kegiatan perbankan dengan menggunakan sarana elektronik atau digital milik bank, atau melalui media digital milik calon nasabah bank, yang dilakukan secara mandiri.
"Seluruh layanan digital perbankan, layanan perbankan secara digital tahun ini diperkirakan naik Rp 51.000 triliun atau tumbuh 26% dari tahun lalu," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2022-Advancing Digital Economy and Finance di Nusa Dua, Bali, Senin (11/7).
Ia menjelaskan, layanan digital banking terus diakselerasi, termasuk termasuk melalui dukungan sejumlah program pemerintah. Penyaluran bantuan sosial kini juga sudah mulai dielektronifikasi. Transaksi keuangan daerah serta berbagai moda transportasi juga sudah menggunakan layanan keuangan digital. Nilai transaksi uang elektronik diperkirakan tumbuh dua digit mencapai Rp 360 triliun pada tahun ini.
Bukan hanya untuk layanan digital perbankan, Perry menyebut pihaknya juga mendukung akselerasi ekonomi digital. Nilai transaksi e-commerce diperkirakan naik hingga 31% mencapai Rp 536 triliun pada tahun ini.
"Dukungan BI pada Mei 2019 atau 10 bulan sebelum Covid-19, kami meluncurkan blue print digitalisasi sistem pembayaran indonesia yang dalam lima tahun mendigitalkan sistem pembayaran, karena tidak ada transaksi ekonomi dan keuangan yang tidak melalui sistem pembayaran," kata Perry.
Melalui skema pengembangan digitalisasi dalam lima tahun tersebut BI juga mendorong akselerasi penggunaan QR Indonesia Standar (QRIS). Hingga saat ini, jumlah pengguna QRIS sudah mencapai 18,7 juta merchant, 89% diantaranya merupakan Usaha Mikro, kecil dan Menengah (UMKM). Ia menargetkan pada tahun ini jumlahnya melesat ke 30 juta pengguna dan diharap pada tahun 2025, seluruh UMKM atau 65 juta merchant sudah pakai QRIS.
Di samping mengandalkan QRIS, BI juga meluncurkan BI-Fast pada akhir tahun lalu. Layanan baru ini melengkapi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) sebagai sistem pembayaran ritel. Layanan BI-Fast lebih unggul karena beroperasi 24 jam penuh dan transfer dana bisa dilakukan lebih cepat.
"Semoga tahun ini, kita akan mulai kerja sama bersama-sama sepakat ASEAN-5 untuk cross border payment, QRIS maupun fast payment demikian juga dengan menggunakan local currency settlement (LCS)," kata Perry.