Rupiah Kembali Tembus Rp 15.000/US$, Terimbas Rekor Baru Inflasi AS
Nilai tukar rupiah dibuka melemah tujuh poin ke level Rp 14.999 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah terimbas rilis data inflasi AS bulan Juni yang kembali menanjak dan mendorong kembali menguatnya sentimen The Fed.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke level Rp 15.011 pada pukul 09.15 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.992 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS, kecuali dolar Singapura yang menguat 0,63% dan dolar Hong Kong stagnan. Yen Jepang melemah 0,41% bersama won Korsel 0,25%, dolar Taiwan 0,16%, peso Filipina dan yuan Cina 0,1%, rupee India 0,04%, ringgit Malaysia 0,08% dan baht Thailand 0,33%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan kembali tertekan pada hari ini terimbas rilis data inflasi AS yang kembali meningkat. Rupiah diramal bergerak di rentang Rp 14.980-Rp 15.030 per dolar AS.
Indeks harga konsumen (IHK) AS capai 9,1% secara tahunan pada bulan Juni, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 8,6%. Realisasi ini juga lebih tinggi dibandingkan perkiraan Dow Jones 8,8% dan tertinggi sejak November 1981.
Inflasi inti, yang tidak menghitung lonjakan harga komoditas dan energi, meningkat ke 5,9%, juga di atas perkiraan 5,7%. Meski demikian, realisasi ini belum setinggi bulan Maret yang sempat mencapai 6,5%.
"Ini bakal memvalidasi kebijakan bank sentral AS, The Fed untuk lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya karena ternyata inflasi AS masih dalam tren naik," kata Ariston dalam risetnya, Kamis (14/7).
Seperti diketahui, The Fed sudah mengerek bunga acuannya 75 bps pada pertemuan bulan lalu. Kenaikan bunga diramal berlanjut tahun ini dengan besraa 50-75 bps. Pasar juga mulai bertaruh The Fed akan mengerek bunga hingga 100 bps untuk meredam inflasi.
Dari dalam negeri sendiri, kenaikan inflasi karena kenaikan harga pangan menjadi kekhawatiran tersendiri yang bisa menekan rupiah. Inflasi Mei sudah melampaui level atas target bank sentral. Kondisi ini bisa menurunkan daya beli masyarakat dan menekan pertumbuhan ekonomi.
Analis DCFX Lukman Leong juga memperkirakan rupiah masih akan tertekan hari ini di rentang Rp 14.925-Rp 15.050 per dolar AS tertekan data inflasi AS. Selain itu, indeks dolar diperkirakan akan kembali menguat dengan inversi yield curve obligasi AS tenor dua tahun dan 10 tahun yang terbesar sejak tahun 2000.
"Kekhawatiran resesi meningkat dan menekan aset serta mata uang beresiko," kata Lukman.