Langkah Bank Indonesia untuk melakukan uji coba pembayaran QR lintas negara membuka peluang bagi beberapa bank memperluas transaksinya ke luar negeri. Salah satunya adalah Bank Rakyat Indonesia yang mengklaim layanan pembayaran menggunakan QRIS sudah dapat digunakan di Thailand. Dengan begitu, masyarakat Indonesia bisa bertransaksi dengan mudah tanpa perlu menukar rupiah dengan bath, mata uang Thailand ketika bertransaksi. 

"QRIS BRI cross border Indonesia-Thailand sudah diluncurkan 29 Agustus 2022 untuk BRI as acquirer, sehingga sistem pembayaran Thailand sudah terkoneksi dengan BRI," kata Corporate Secretary BRI, Aestika Oryza Gunarto saat dihubungi Katadata.co.id, Jumat (2/9).

Tak hanya satu arah, turis Thailand juga dapat melakukan pembayaran ke merchant yang memiliki QRIS BRI, tanpa harus terlebih dahulu membuat e-wallet atau rekening rupiah saat akan bertransaksi. 

Sementara itu, Kamis (1/9) PermataBank menghadirkan fitur QR Pay Cross-Border dalam aplikasi mobile banking, PermataMobile X. Dengan begitu, transaksi UMKM dan dunia pariwisata antar negara diharapkan menjadi lebih mudah. 

“Saat ini sektor UMKM dan pariwisata masih menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Kehadiran sistem pembayaran terbaru ini, nasabah dapat melakukan transaksi dengan mudah dan cepat, serta dalam jaringan yang lebih luas dan tak terbatas pada satu negara," kata Direktur Utama PermataBank, Meliza M. Rusli dalam keterangan resminya, Kamis (1/9).

Selain itu, Permata Bank juga ingin mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan efisiensi transaksi lintas negara di ASEAN melalui QR Pay Cross-Border, serta mewujudkan ekosistem cashless society. Hal itu juga turut membuka kesempatan bagi UMKM dan pariwisata Indonesia untuk menjangkau pasar global.

Di samping itu, Meliza menilai potensi transaksi pembayaran QR di Thailand sangat besar, mengingat Negeri Gajah Putih tersebut merupakan salah satu destinasi populer turis dari Indonesia. Selain itu, perkembangan layanan pembayaran QR di Thailand berkembang sangat pesat.

Berdasarkan data 2021, saat ini sudah lebih dari lima juta merchants di Thailand bisa menerima metode pembayaran QR, dan hampir 80 % dari masyarakat Thailand memiliki tingkat kepercayaan tinggi atas metode pembayaran QR. Bahkan, 87 % menyatakan metode tersebut lebih nyaman. 

Sebelumnya, Bank Indonesia atau BI bersama Bank of Thailand (BoT) telah bekerja sama untuk uji coba pembayaran QR lintas negara sejak Agustus tahun lalu. Namun, mulai mengimplementasi pembayaran berbasis QR code lintas negara sejak Selasa (30/8).

Kepada Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Filianingsih Hendrata menyatakan jumlah penyelenggara akan terus bertambah dan diperluas. Rencananya, akan ada tambahan lima bank penyelenggara pada September 2022. 

Adapun penyelenggara jasa pembayaran di Thailand yang dapat menerima transaksi QRIS saat ini, yakni Bangkok Bank dan Bank of Ayudhya. Sementara itu, aplikasi yang dapat digunakan untuk scan QRIS di Indonesia, yakni Bangkok Bank, Bank of Ayudhya, dan CIMB Thai.

Sebelumnya, terdapat tujuh bank dan satu fintech yang dapat melakukan transaksi pembayaran menggunakan QRIS di Thailand. Mereka adalah BCA, BSI, Bank Mega, CIMB Niaga, Bank Sinarmas, PermataBank, Bank BPD Bali, dan DANA. 

Selain bekerja sama dengan Bank Sentral Thailand, Bank Indonesia akan terus menambah akses interkoneksi beberapa negara, seperti Singapura. Kerja sama ini membuat masyarakat Indonesia yang berlibur dan berbelanja di Singapura tidak perlu lagi membawa uang cash saat ingin bertransaksi. 

Kerja sama ini ditargetkan bisa meluncur pada paruh kedua tahun depan. "Kerja sama ini diharapkan dapat memfasilitasi pengguna dalam melakukan pembayaran ritel secara instan, aman, dan efisien dengan memindai kode QRIS atau kode QR NETS yang ditampilkan oleh merchants," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/8).

Kerja sama ini bertujuan memberdayakan individu dan bisnis, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Transaksi keuangan, berbelanja melalui e-commerce atau perdagangan internasional lainnya juga diharap bisa lebih efisien.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail