Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja baru-baru ini membeberkan strategi investasinya, dengan mengalihkan portofolio saham ke obligasi global yang diterbitkan oleh pemerintah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh imbal hasil yang tinggi.
Pada 15 September 2022 lalu, bos BCA ini melaporkan aktivitas penjualan satu juta saham BBCA miliknya dalam dua tahap kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam laporan tersebut, Jahja menyebutkan transaksi penjualan saham dilakukan dengan tujuan untuk investasi dan renovasi rumah.
Pada tahap pertama, Jahja menjual 500 ribu saham BBCA dengan harga Rp 8.725 per saham, sehingga ia memperoleh Rp 4,36 miliar dari penjualan tersebut. Tahap kedua, dia melego 500 ribu saham BBCA dengan harga Rp 8.750 per saham, sehingga Jahja meraih dana Rp 4,37 miliar.
Dengan aksi tersebut, kini kepemilikan Jahja di BCA menyusut menjadi 39,8 juta saham dari semula 40,8 juta saham. Jika mengacu pada harga saham pembelian terakhir sebesar Rp 8.750 per saham, maka investasi Jahja di portofolio saham BCA tercatat memiliki angka yang bombastis, yakni mencapai Rp 348,25 miliar.
Bagaimana profil dan perjalanan karier Jahja sebagai bankir sekaligus orang nomor satu di BCA?
Mengutip laman resmi BCA, Jahja Setiaatmadja sudah menjabat sebagai Presiden Direktur BCA selama 11 tahun, sejak tahun 2011 lalu. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur BCA selama tujuh tahun.
Jahja terlahir dari keluarga sederhana dengan ayah yang berprofesi sebagai kasir bank dan ibu seorang ibu rumah tangga. Bahkan, ketika memasuki perguruan tinggi, Jahja harus mengendapkan mimpinya untuk menjadi dokter gigi, karena menurut sang ayah, biaya kuliah kedokteran terlalu mahal.
Maka itu, ayah Jahja menyarankan untuk mencoba jurusan ekonomi di perguruan tinggi negeri karena dianggap berbiaya lebih murah. Akhirnya, Jahja menempuh pendidikan di Universitas Indonesia mengambil jurusan Akuntansi dan lulus pada 1982.
Jahja memulai kariernya sebagai akuntan di sebuah perusahaan akuntansi Price Waterhouse pada 1979. Setelah itu, ia menjabat berbagai posisi manajerial di salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, PT Kalbe Farma Tbk pada 1980 hingga tahun 1989. Posisi terakhir Jahja di Kalbe Farma adalah sebagai Direktur Keuangan.
Lalu, perjalanan karier Jahja sebagai Direktur Keuangan berjalan di perusahaan otomotif Indonesia, PT Indomobil pada tahun 1989-1990. Kemudian, sejak tahun 1990, Jahja menduduki berbagai posisi manajerial di BCA. Sampai akhirnya, dia menjabat sebagai Direktur BCA pada 1999-2005. Kemudian, menempati posisi sebagai Wakil Presiden Direktur BCA pada 2005-2011 dengan tanggung jawab terakhir atas bisnis Perbankan Cabang, Divisi Tresuri, Divisi Perbankan Internasional, dan kantor - kantor perwakilan di luar negeri.
Selama masa karier, Jahja telah berpengalaman di berbagai bidang dan penugasan di antaranya, Change management, Banking strategy, Treasury, Accounting & financial management, Corporate banking business, International banking business, Risk management dan Digital banking.