Emiten laboratorium klinik PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) membukukan penurunan pendapatan sebesar 17,74% sepanjang tahun 2022 menjadi sebesar Rp 2,18 triliun dari tahun sebelumnya 2,65 triliun di tengah melandainya penyebaran pandemi Covid-19.

Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, pandemi akan berakhir di tahun ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah mencabut kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada 30 Desember 2022 lalu.

Melansir publikasi laporan keuangan perusahaan, sokongan pendapatan dari laboraturium merosot 19,17% hingga tahun 2022 senilai Rp 1,93 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,39 triliun. 

Sementara, raihan pendapatan dari segmen non laboraturium naik tipis 2% mejadi Rp 233,72 miliar pada periode 2022. Pada 2021, pendapatan dari non laboraturium yaitu Rp 228,97 miliar.

Di samping itu, beban pokok pendapatan Prodia turun 16,18% menjadi Rp 854,53 miliar pada kuartal IV 2022. Dibandingkan dengan kuartal IV 2021 beban pokok pendapatan yaitu Rp 1,01 triliun.

Lalu, beban usaha perusahaan naik 1,59% hingga akhir 2022 menjadi Rp 890,03 miliar. Beban usaha Prodia pada kuartal IV 2021 tercatat senilai Rp 876,06 miliar.

Penurunan pendapatan itu menyebabkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Prodia turun 40,36% menjadi Rp 371,64 miliar dari tahun sebelumnya Rp 623,23 miliar.

Selanjutnya, ekuitas perusahaan naik tipis 0,03% pada kuartal IV 2022 menjadi Rp 2,3 triliun, dibandingkan Desember 2021 yaitu Rp 2,31 triliun. Liabilitas perseroan turun 8,49% senilai Rp 358,44 miliar dibandingkan Desember 2021 Rp 391,72 miliar.

PRDA turut membukukan aset hingga akhir 2022 sejumlah Rp 2,66 triliun. Aset perseroan naik 1,2% dibandingkan pada Desember 2021 yaitu Rp 2,7 triliun.

Berdasarkan data perdagangan, saham Prodia ditutup turun 3,60% atau 200 poin ke posisi Rp 5.350 per saham dibandingkan dengan harga penutupan Rabu (15/3) kemarin yaitu Rp 5.550 per saham. Saat pembukaan, saham Prodia sudah terkoreksi di level Rp 5.525 per saham

Volume saham yang diperdagangkan tercatat 590,5 ribu dengan nilai transaksinya Rp 3,21 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 412, dengan rentang harga penjualan Rp 5.350 sampai Rp 5.525 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 5,02 triliun.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail