PT Bahana TCW Investment Management optimistis pertumbuhan kredit perbankan bisa mencapai 10% hingga akhir 2023. Perusahaan meyakini kredit perbankan sepanjang tahun ini mampu tumbuh pada kisaran yang ditargetkan oleh Bank Indonesia (BI).
Tekanan inflasi yang stabil dan cenderung melandai, dengan suku bunga BI yang kemungkinan tidak akan berubah, serta kembali menguatnya pertumbuhan kredit pada Mei 2023 memberi ruang bagi penyaluran pinjaman.
Ekonom Bahana TCW Emil Muhammad mengatakan, di tengah-tengah tahun politik saat ini kredit konsumsi masih akan menjadi penopang utama penyaluran kredit di sepanjang tahun.
“Biasanya korporasi maupun investor menahan diri untuk melakukan ekspansi usaha sebab terdapat ketidakpastian akan perubahan kebijakan dengan adanya pemerintahan yang baru. Sehingga akan mempengaruhi laju penyaluran kredit investasi dan modal kerja,” ujar Emil dalam keterangan resminya Kamis (6/7).
Kredit yang tumbuh sekitar 10% ini masih selaras dengan nominal pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kuartal satu sebesar 12,49%. Indikasi perekonomian Indonesia yang memanas juga masih belum terlihat adanya.
Bahkan jika ingin mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, bisa dipahami jika BI menjadi lebih akomodatif pada paruh kedua tahun ini.
Bank sentral siap memberikan stimulus melalui kebijakan makro prudensial berupa pemberian insentif likuiditas kepada bank-bank penyalur pembiayaan untuk sektor hilirisasi pertanian, pertambangan, perkebunan dan perikanan.
Pelonggaran giro wajib minimum untuk sektor hilirisasi tersebut berpeluang akan disesuaikan. Bila dilihat dari perekonomian secara makro, tekanan inflasi pada paruh kedua tahun ini cenderung semakin landai, yang berdampak pada tingkat suku bunga acuan.
“Dari sisi tekanan inflasi tentu terbuka ruang bagi kebijakan moneter untuk memotong suku bunga. Namun hal tersebut harus sangat hati-hati dilakukan sebab akan berdampak pada stabilitas nilai tukar,” ujar Emil.
Nilai tukar yang bergejolak dinilai Bahana TCW dapat mengganggu pelaku usaha. Suku bunga acuan atau yang lebih dikenal sebagai BI-7day (reverse) repo rate tetap pada kisaran 5,75%, sejak Februari hingga Juni 2023. Di mana suku bunga dasar kredit (SBDK) per Juni pada kisaran 13,06%.
Bila dibandingkan dengan tahun lalu angka ini memang lebih tinggi, namun besaran kenaikan SBDK kian melandai setiap bulannya. Hal ini akan berdampak positif bagi penyaluran kredit konsumsi sebab masyarakat pada umumnya sensitif terhadap kenaikan harga dan suku bunga. Dengan suku bunga yang stabil, risiko kredit bermasalah juga terus memperlihatkan perbaikan.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperlihatkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan secara gross pada akhir Mei 2023 sebesar 2,52%, lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 3,04%.
“Dengan kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, Indonesia mampu menjaga inflasi yang cenderung menurun dan kredit masih memperlihatkan penguatan. Sehingga tidak ada alasan khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi,’’ kata Emil.
Emil menilai saham-saham berkapitalisasi besar atau big cap cukup menarik untuk diperhatikan bila investor mulai melirik pasar saham.