PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) optimis penyaluran kredit perseroan akan tumbuh dua digit pada tahun ini meskipun Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) dari 5,75% ke level 6%.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rudi As Aturridha memproyeksikan bisnis masih akan tetap tumbuh mengingat perbankan masih memiliki likuiditas yang cukup untuk melanjutkan ekspansi bisnis sejalan dengan laju perekonomian yang didukung oleh kebijakan fiskal pemerintah.

"Kami optimis target pertumbuhan kredit Bank Mandiri masih dapat tercapai yakni di kisaran 10-12% dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian," kata Rudi, dalam keterangan resminya, Jumat (20/10). 

Bank Mandiri, kata dia, saat ini ini belum memutuskan untuk menaikkan suku bunga kredit. Sebab, penyesuaian suku bunga pinjaman maupun simpanan bergantung pada kondisi likuiditas masing-masing perbankan.

"Hal ini dengan mempertimbangkan strategi pengembangan usaha dan kondisi eksternal, termasuk perhitungan pada tren suku bunga di pasar dan suku bunga acuan," kata Rudi, dalam keterangan resminya, Jumat (20/10). 

Rudi menilai, kebijakan kenaikan suku bunga BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) merupakan langkah pre emptive untuk mengantisipasi fluktuasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) serta menjaga stabilitas nilai tukar mata uang rupiah.

"Meski begitu, melihat kondisi perekonomian Indonesia sepanjang semester I 2023, kami optimis ruang pertumbuhan masih terbuka sampai dengan akhir tahun," ujar Rudi.

Berdasarkan data perdagangan, harga saham BMRI ditutup menguat 0,44% ke level Rp 5.750 dari level harga penutupan Kamis (19/10) Rp 5.725 per saham.

Saham Bank Mandiri sempat anjlok di awal pembukaan perdagangan dan sempat menyentuh Rp 5.650 sebagai level terendah. Namun, saham bank pelat merah berhasil pulih hingga naik ke level Rp 5.800 pada level tertinggi. 

Volume saham yang diperdagangkan tercatat 3,88 miliar dengan nilai transaksi Rp 566,4 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 10.978 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 536,67 triliun.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail