Prajogo Pangestu menempati posisi teratas dalam daftar orang terkaya Indonesia pada Maret 2024 versi Forbes. Dia mengantongi kekayaan US$ 42,4 miliar atau Rp 665,76 triliun.
Pendiri Barito Pacific tersebut menempati posisi ke-29 orang terkaya. Dia berada di atas co founder Produsen sepatu Raksasa Nike, Phil Knight, yang menempati posisi 30.
Sementara di posisi kedua orang terkaya Indonesia adalah pendiri Bayan Resources, Low Tuck kwong, lalu diikuti oleh Hartono bersaudara.
Berikut daftar orang terkaya di Indonesia per Minggu (3/3), seperti dikutip dari Forbes:
- Prajogo Pangestu: US$ 42,4 miliar (Rp 665,76 triliun)
- Low Tuck Kwong: US$ 27,2 miliar (Rp 427,09 triliun)
- Robert Budi Hartono: US$ 25,6 miliar (Rp 401,97 triliun)
- Michael Hartono: US$ 24,6 miliar (Rp 386,27 triliun)
- Sri Prakash Lohia: US$ 8,3 miliar (Rp 130,33 triliun)
- Chairul Tanjung: US$ 5,4 miliar (Rp 84,79 triliun)
- Tahir dan keluarga: US$ 4,5 miliar (Rp 70,66 triliun)
- Dewi Kam: US$ 4,4 miliar (Rp 69,09 triliun)
- Lim Hariyanto Wijaya Sarwono: US$ 4,0 miliar (Rp 62,81 triliun)
- Djoko Susanto: US$ 4,0 miliar (Rp 62,81 triliun)
Sempat Jadi Sopir Angkot
Pria bernama asli Phang Djoem Phen ini lahir di Kalimantan Barat pada 13 Mei 1944. Dirinya tumbuh di keluarga yang kurang mampu, bahkan hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat menengah pertama atau SMP.
Prajogo datang ke Jakarta untuk mengadu nasib, namun dirinya tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Meski demikian, dirinya tidak putus asa dan memutuskan kembali ke Kalimantan untuk bekerja menjadi sopir angkutan umum.
Selama melakoni pekerjaannya menjadi supir, Prajogo bersosialisasi dengan Bong Sun On yaitu pengusaha kayu dari Malaysia pada 1960. Dia ditarik untuk bergabung bersama Bong Sun On di PT Djajanti Group dan selama tujuh tahun mengabdi, dirinya naik jabatan menjadi general manager Pabrik Plywood Nusantara di Gresik.
Seiring berjalannya waktu, Prajogo Pangestu keluar dari pekerjaannya dan memulai bisnis perkayuan pada akhir 1970-an.
Perusahaannya Barito Pacific Timber mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia pada 1993. Namun perusahaan berganti nama menjadi PT Barito Pacific Tbk (BRPT) atau setelah mengurangi bisnis perkayuannya pada 2007.
Di tahun yang sama, Barito Pacific mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021.
Adapun, Barito Group kini dijalankan generasi anaknya yaitu Agus Salim Pangestu. Pada Maret 2022, kantor keluarga Pangestu mengambil alih produsen energi panas Star Energy, dengan mengakuisisi 33% saham dari BCPG Thailand seharga US$ 440 juta.
Tak hanya itu, pundi-pundi kekayaannya makin bertambah usai perusahaannya PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun lalu.
Sebagaimana diketahui, BREN melantai di BEI pada 9 Oktober 2023 dengan melepas 4,01 miliar saham ke publik atau setara 3% dari jumlah saham beredar. Dengan harga penawaran umum Rp 780 per unit, melalui aksi korporasi itu, Barito Renewables Energy meraih dana segar Rp 3,13 triliun.
Selain itu, CUAN melantai di BEI pada 8 Maret 2023 dengan melepas 1,69 miliar saham baru atau mewakili 15,03% di Rp 220 per saham. Dana yang diraih perseroan dari aksinya ini meraup dana segar Rp 371,8 miliar.