Sembunyikan Aliran Dana, Pelaku Pencucian Uang Beralih ke Kripto

Unsplash
Para pencuci uang semakin sering menggunakan mata uang kripto untuk menyembunyikan asal-usul dan pergerakan dana yang diperoleh secara ilegal, menurut sebuah laporan dari Chainalysis.
Penulis: Hari Widowati
18/7/2024, 09.52 WIB

Para pencuci uang semakin sering menggunakan mata uang kripto untuk menyembunyikan asal-usul dan pergerakan dana yang diperoleh secara ilegal, menurut sebuah laporan dari Chainalysis.

Laporan yang mempelajari tren dan cara-cara baru pencucian uang itu mengatakan bahwa kripto digunakan untuk kejahatan di luar rantai, seperti perdagangan narkoba dan penipuan. Hal itu karena kripto bersifat lintas batas, hampir instan, dan umumnya tidak mahal untuk ditransaksikan.

“Semakin meluasnya penggunaan kripto telah menjadikannya alat untuk mencuci uang hasil kejahatan off-chain, seperti perdagangan narkotika dan penipuan. Pada 2024, pencucian uang dalam kripto mencakup semua kejahatan, tidak hanya yang secara inheren terkait dengan ekosistem kripto,” kata Chainalysis dalam sebuah laporan pada bulan Juli, seperti dikutip CNBC.

Hal ini terjadi karena nilai mata uang kripto terbesar di dunia, Bitcoin, telah mengalami lonjakan hampir 55% sepanjang tahun ini, menurut data LSEG.

Para pencuci uang menggunakan berbagai metode seperti pencampur kripto, jembatan lintas rantai, dan “lompatan” antardompet untuk menyembunyikan aliran dana. Crypto mixers, atau tumbler, melibatkan pencampuran kripto dari berbagai sumber untuk mempersulit pendeteksian asal dan kepemilikannya.

Pelaku kejahatan juga memanfaatkan jembatan kripto untuk menyembunyikan asal-usul dana dengan memindahkannya di antara jaringan blockchain yang berbeda. “Hops” melibatkan pemindahan dana di antara banyak dompet pribadi perantara untuk menghindari deteksi.

Data Chainalysis menunjukkan, sejak 2019, hampir US$100 miliar Rp (1.616 triliun) dana telah ditransfer dari dompet ilegal yang diketahui ke layanan konversi - di mana kripto dikonversi ke mata uang fiat. Jumlah tertinggi yang teridentifikasi adalah US$30 miliar (Rp 484,9 triliun) pada tahun 2022.

Bursa pertukaran kripto Rusia yang terkena sanksi, Garantex, sebagian besar berada di belakang jumlah rekor tersebut karena layanannya menawarkan cara kepada para pencuci uang untuk mengubah kripto yang diperoleh secara ilegal menjadi uang tunai.

Pencucian Uang Melalui Kripto Masih Bisa Dilacak

Tetapi, aktivitas tidak sah ini masih dapat dilacak, kata Chainalysis. Pencucian kripto dapat dilacak dan dianalisis dengan tingkat akurasi dan kecepatan yang lebih tinggi, berkat transparansi blockchain, dibandingkan dengan sistem keuangan tradisional. Namun, pencucian kripto diperkirakan akan menjadi lebih umum, kata laporan itu.

“Seiring dengan penerimaan global terhadap mata uang kripto yang semakin meningkat dan hambatan untuk masuk semakin berkurang, Chainalysis memperkirakan jenis pencucian uang ini akan menjadi lebih signifikan, karena para pelaku kejahatan secara historis mengkooptasi teknologi baru untuk tujuan mereka sendiri,” ujar firma analisis blockchain tersebut.