Produsen kendaraan listrik milik Elon Musk, Tesla, diduga telah mentransfer Bitcoin senilai hampir US$760 juta atau Rp 11,8 triliun ke dompet yang tidak dikenal. Firma data kripto Arkham Intelligence melaporkan, dompet kripto yang terkait dengan Tesla telah memindahkan lebih dari 11.500 Bitcoin ke dompet yang kepemilikannya tidak diketahui, pada Selasa (15/10).
Setelah transaksi itu, dompet kripto Tesla hanya menyimpan Bitcoin senilai US$6,65 (Rp 103.450). Hal tersebut memperkuat dugaan bahwa Tesla telah menjual Bitcoin tersebut.
Tesla adalah pemegang Bitcoin terbesar keempat di antara perusahaan-perusahaan AS yang sahamnya diperdagangkan secara publik, menurut data BitcoinTreasuries. Hanya perusahaan perangkat lunak MicroStrategy dan perusahaan penambangan Bitcoin MARA Holdings dan Riot Platforms yang memiliki persediaan yang lebih besar.
Menurut laporan Coindesk, Tesla membeli Bitcoin senilai US$1,5 miliar (Rp 21 triliun) pada Februari 2021. Pada titik tertentu, Tesla pernah memiliki Bitcoin senilai US$2,5 miliar (Rp 35 triliun), menurut data Arkham. Namun, perusahaan tersebut menjual 75% kepemilikannya pada awal 2022 dengan kerugian.
Ketika Arkham Intelligence menambahkan fitur pelacakan dompet Bitcoin Tesla ke dasbornya pada bulan Maret, perusahaan Elon Musk itu memiliki sekitar 11.509 bitcoin, senilai sekitar US$770 juta (Rp 11,98 triliun).
Ketika Tesla pertama kali mengakuisisi simpanan kriptonya, Musk pernah mengumumkan perusahaan itu akan segera menerima pembayaran dengan Bitcoin. Namun, rencana tersebut dibatalkan tak lama kemudian karena masalah lingkungan.
Meskipun beberapa perusahaan Musk - termasuk Tesla dan SpaceX - menyimpan Bitcoin di neraca keuangan mereka, masih belum jelas seberapa besar kepercayaan pemilik X (sebelumnya Twitter) terhadap mata uang kripto ini. Dalam sebuah wawancara yang disiarkan di YouTube pada Juli lalu, Musk mengatakan ada beberapa manfaat dalam Bitcoin, dan beberapa kripto lainnya. Namun, titik lemah Musk adalah Dogecoin (DOGE).